Berita Bekasi Nomor Satu

Tanah Bergerak di Desa Sukamahi Cikarang, Delapan Rumah Rusak

RUMAH RUSAK: Warga memasang bambu untuk menahan rumahnya yang mulai ambruk akibat pergeseran tanah di Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat, Minggu (25/5). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Bencana tanah bergerak terjadi di Kampung Tembong Gunung RT 011 RW 006 Desa Sukamahi Kecamatan Cikarang Pusat. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, sebanyak delapan rumah mengalami kerusakan, satu di antaranya tidak lagi layak huni.

Seorang warga terdampak, Rustala (45), mengatakan tanah ambles mulai terjadi sejak awal Ramadan. Dinding rumahnya retak, lalu kanopi ambruk, hingga akhirnya rumahnya rusak parah dan tak bisa dihuni.

BACA JUGA: Jaksa Agung Dorong Pemda Libatkan Datun Proses Evaluasi RTRW 

“Hujan malam Minggu ambruk separuh tanahnya, tingginya hampir dua meteran. Sekarang sudah gak bisa ditempatin. Ngeri juga kalau ditempatin,” ucap Rustala, Minggu (25/5).

Ia menuturkan, bencana tanah bergerak ini baru pertama kali terjadi di kampungnya. Dulu, katanya, daerah tersebut masih banyak pepohonan besar, namun kini gundul dan diperparah oleh tingginya curah hujan.

“Sekarang ngungsi, ada (bantuan,red) dari pemerintah dikontrakin di bawah. Yang paling parah empat rumah, merebet terus sampai ke rumah-rumah lain, kolongnya retak-retak gede sudah ambles,” tambahnya.

Hal serupa dialami Kanariadi (28). Meski rumahnya ikut terdampak, ia masih bisa menempatinya karena berbentuk rumah panggung.

BACA JUGA: Petani Ditemukan Tewas di Kali CBL, Begini Kronologinya

“Kalau misalnya rumah tembok udah ambles, berhubung rumah panggung jadi bisa diperbaiki. Begitu terus berulang setiap hari,” tutur Kanariadi.

Namun, ia tetap khawatir pergerakan tanah bisa membuat rumah sewaktu-waktu roboh.

“Pasti khawatir, kita setiap hari was was. Takut rumah tiba-tiba rubuh kita lagi di dalam rumah ketimpa. Sekarang yang dampak berat itu empat rumah. Kalau total potensi delapan rumah,” terangnya.

Warga pun sudah melapor ke pemerintah desa. Upaya sementara dilakukan dengan menanam bambu sebagai penahan tanah. Namun, ia berharap adanya solusi permanen dari pemerintah daerah.

BACA JUGA: Tim Jatanras Polres Metro Bekasi Ungkap Sindikat Curanmor, Sudah 19 Kali Beraksi

“Mohon kepada pemerintah, segera dikembalikan seperti semula aja, jadi kita gak ada rasa was-was setiap hari,” katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bekasi, Dodi Supriadi, mengatakan dari hasil asesmen, delapan rumah warga mengalami kerusakan ringan hingga berat.

Rinciannya, dua rumah berukuran 6×8 meter dan satu rumah 5×9 meter rusak berat. Sedangkan satu rumah 13×12 meter, satu rumah 9×12 meter, dan tiga rumah berukuran 8×8 meter mengalami rusak ringan.

“Hasil peninjauan lapangan diduga menjadi salahsatu penyebab terjadinya longsor atau pergerakan tanah di lokasi sekitar yaitu curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan pergeseran tanah,” ucap Dodi.

Untuk penanganan sementara, pihaknya telah menyalurkan bantuan berupa bambu dan bronjong serta berkoordinasi dengan instansi terkait.

Dodi juga mengimbau kepada masyarakat sekitar agar tetap waspada mengingat curah hujan tinggi masih kerap melanda sebagian wilayah Kabupaten Bekasi. (ris)