RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dari kandang sederhana di Bekasi, seekor sapi istimewa dipilih menjadi hewan kurban Presiden. Di baliknya, ada kisah seorang peternak yang memulai semuanya dari tujuh ekor sapi dan Rp20 juta bantuan dosen.
Di sebuah peternakan seluas satu hektare di Jatiasih, Kota Bekasi, seekor sapi Simental berdiri gagah di kandang barisan N—wilayah yang disebut sebagai “kelas utama” bagi sapi-sapi unggulan.
Bobotnya lebih dari satu ton. Bulunya cokelat keemasan, tubuhnya kekar, langkahnya mantap. Ia bukan sapi biasa. Tahun ini, ia resmi terpilih sebagai sapi kurban Presiden, dikirimkan atas nama Prabowo Subianto.
BACA JUGA: Beli Hewan Kurban di Toko Sapi Pondok Melati Dapat Bonus Logam Mulia
“Sapi ini kami pelihara selama setahun. Awalnya cuma 500 kilogram. Tapi karena kualitasnya bagus dan perawatan maksimal, hasilnya luar biasa,” ujar Ahmad Jupri (44), pemilik peternakan, dengan sorot mata penuh bangga, Minggu (1/6).
Ahmad Jupri bukan peternak konvensional. Ia seorang sarjana akuntansi yang banting setir ke dunia peternakan sejak 2005, tepat setelah menyelesaikan kuliahnya. “Saya bukan anak peternak, tapi saya jatuh cinta dengan dunia ini,” katanya. Ilmu beternak ia pelajari secara otodidak, dengan modal awal Rp20 juta bantuan dari dosen. Dari tujuh ekor sapi PO (Peranakan Ongole), kini ia mengelola lebih dari 1.000 ekor dengan nilai aset miliaran rupiah.
Sapi pilihan Presiden itu sendiri berasal dari Puring, Kebumen, namun proses penggemukan dan perawatannya dilakukan di Bekasi. Seleksinya tidak main-main—melibatkan Dinas Ketahanan Pangan Kota dan Provinsi, hingga diverifikasi langsung oleh tim dari Sekretariat Presiden.
BACA JUGA: 2.200 Ekor Sapi Masuk ke Kota Bekasi Jelang Iduladha
“Mereka datang langsung, menimbang, memeriksa kesehatan, melihat kandangnya. Sapi ini akhirnya terpilih. Harganya Rp85 juta, walau teman-teman bilang mestinya bisa di atas Rp100 juta,” kata Jupri. Tapi baginya, ini bukan soal harga. “Ini bentuk penghargaan kami terhadap Presiden.”
Peternakan Jupri memang istimewa. Selain menyediakan hewan kurban untuk masyarakat umum, banyak pejabat tinggi dari istana, Bank Indonesia, DPR, hingga wakil menteri yang rutin memesan dari kandangnya. Bahkan beberapa sudah memesan untuk tahun-tahun berikutnya.
“Grafiti nama pejabat sudah banyak di kandang. Tapi memang, klien kami lebih banyak dari kalangan birokrat daripada artis,” tuturnya sambil tersenyum.
Tak ada perlakuan istimewa untuk sapi siapa pun. Setiap pagi, seluruh sapi dimandikan, diberi pakan lima hingga enam kali sehari—dari konsentrat, bekatul, onggok, hingga ampas tahu dan rumput segar. “Sapi Presiden atau sapi ibu-ibu majelis taklim, semua kami rawat dengan standar yang sama,” katanya.
BACA JUGA: Pedagang Sapi Kurban di Bekasi Waspada PMK Jelang Idul Adha
Menariknya, meski dua tahun terakhir dihantam tekanan ekonomi, bisnis sapi kurban Jupri justru tumbuh. “Tahun lalu kami jual 800 sampai 900 ekor. Tahun ini sudah tembus 1.000 ekor,” ucapnya. Ia yakin, semangat berkurban tak akan pudar oleh krisis. “Karena ini soal keimanan. Banyak orang percaya, lewat kurban, rezeki mereka dijaga oleh Allah.”
Jupri pun mengapresiasi program Presiden yang membagikan sapi kurban ke tiap kota dan kabupaten. Menurutnya, ini bukan sekadar simbolik, tapi bukti perhatian negara terhadap peternak lokal. “Akhirnya kami merasa diperhatikan. Ini motivasi besar buat kami,” ujarnya.
Lebih dari sekadar bisnis, Jupri menjadikan lahannya sebagai ruang sosial. Ia membangun lapangan bola, bulu tangkis, hingga gedung serbaguna untuk masyarakat sekitar. Tak jarang, mahasiswa dari IPB, Undip, dan Unpad datang magang untuk belajar langsung dari kandangnya.
“Kalau pejabat bicara soal ketahanan pangan, kami ini pelakunya. Kami mulai dari nol,” kata Jupri mantap.
Ahmad Jupri mungkin hanya seorang peternak dari pinggiran Bekasi. Tapi dari tangannya, seekor sapi lokal bisa sampai ke meja Presiden. Dan dari kandang sederhana itu, suara tentang ketahanan pangan Indonesia bergema sampai ke istana.(rez)