Berita Bekasi Nomor Satu

Jadi Korban Dugaan Pelecehan Oknum Dokter RSUD Cabangbungin, Ibu Dua Anak Perjuangkan Keadilan

ILUSTRASI: Chat tak senonoh. FOTO: DOKUMEN/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Selama dua tahun terakhir, seorang ibu berinisial M (29) terus memperjuangkan keadilan atas dugaan pelecehan yang dialaminya dari seorang oknum dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cabangbungin Kabupaten Bekasi.

Kepada media, ibu dua anak ini mengaku bahwa peristiwa bermula pada akhir 2023 sat ia pertama kali mendampingi ayahnya berobat ke rumah sakit tersebut.

“Waktu itu saya lagi di apotek (rumah sakit), diikutin terus sama dia. Langsung tiba-tiba ngebisikin ‘eh kamu tunggu di mobil aja yuk’,” kata korban saat menceritakan pelecehan yang dialaminya oleh oknum dokter berinisial R.

Menurut M, perkenalan mereka bermula dari permintaan dokter R yang meminta nomor kontaknya dengan dalih ingin memberi informasi tentang kondisi ayahnya. Saat itu, dokter menyampaikan bahwa ayah korban menderita tumor, padahal hasil pemeriksaan hanya menunjukkan gangguan pada paru-paru.

“Dia bilangnya itu bapak saya ada tumor, ya spontan saya kaget dong. Namanya dibilang orang itu ada tumor, sedangkan bapak saya kan pemeriksaannya cuma kena paru-paru. Saya kasih nomor saya gak lama kemudian dokter WA saya dia bilang, ternyata dia bohong,” ucapnya.

Setelah itu, dokter R terus menghubunginya hingga akhirnya korban memutuskan untuk mengganti nomor ponselnya. Namun, ketika ayahnya kembali menjalani perawatan, M kembali bertemu dengan dokter R yang lalu meminta nomor baru dan kembali menghubunginya. Komunikasi kali ini mulai mengarah pada hal-hal yang tidak pantas.

M menyebut, dokter sempat memintanya untuk berpura-pura sakit di bagian perut agar bisa melakukan pemeriksaan USG. Permintaan itu ditolak, namun R kembali membujuk dengan mengajaknya bertemu di mobil sambil menjanjikan uang Rp200 ribu.

“Dia bilang, ‘Kamu nanti ke ruang USG ya.’ Padahal saya gak sakit perut. Terus dia bilang lagi, ‘Udah deh kamu ke mobil, nanti aku kasih Rp200 ribu.’ Saya simpan semua pesan WhatsApp-nya,” ujarnya.

M mengaku takut dengan keselamatannya, terlebih setelah R mencoba menghapus pesan-pesan tersebut. Namun, M sudah lebih dulu menyimpan bukti percakapan itu melalui tangkapan layar.

“Pasti kalau saya ikutin nanti pasti saya diapa-apain. Saya bilang saya enggak nyangka seorang dokter bisa begitu. Dia langsung coba hapus WA-nya,tapi sudah saya screenshot,” ucapnya.

Kasus dugaan pelecehan ini telah dilaporkan ke pihak rumah sakit dan sempat dilakukan mediasi. Namun, M mengaku tak pernah menerima permintaan maaf atau kejelasan hasil mediasi tersebut.

“Mediasi juga enggak jelas kelanjutannya. Bahkan minta maaf pun enggak pernah. Pas mediasi itu pun enggak minta maaf,” katanya.

Setelah sempat bungkam, kejadian itu kemudian diungkap oleh pihak keluarga korban kepada Wakil Bupati Bekasi Asep Surya Atmaja saat melakukan kunjungan ke RSUD Cabangbungin, akhir pekan lalu.
Dia berharap, oknum dokter dapat ditindak secara tegas.

“Saya minta ditindak tegas dokternya. Kalau ke saya bisa begini, ke yang lain bisa juga begitu,” ucapnya.

Sementara itu, saat dihubungi melalui sambungan telepon, oknum dokter inisial R membantah telah melakukan pelecehan. Dia mengaku telepon genggamnya hilang sehingga tidak merasa mengirim pesan tidak pantas.

“Itu kan ini, saya gak tau. Itu kan waktu itu handphone saya hilang. Selama sehari dua hari itu saya gak pake handphone, nomer saya tuh gak aktif. Terus habis itu muncul lah itu, ada cewek kan, tiba-tiba dateng ke RSUD. Terus habis itu dia bilang, ini dokter chatting-chatting saya, chatting apa? Terus saya gak tau ini,” ucapnya.

Alih-alih mengakui perbuatannya dan bertanggung jawab, R justru mengaku diperas oleh pengacara. “Kemudian ujung-ujungnya dia bawa pengacara segala macem, minta Rp100 juta. Terus habis itu saya bilang, saya gak bakal ngasih Rp100 juta sama Rp1 juta pun gak bakal saya kasih. Karena handphone saya hilang, saya udah ketimpa musibah, udah handphone hilang, dompet hilang,” ucapnya.

Meski begitu, oknum dokter mengaku sempat menangani ayah korban yang menderita sakit paru-paru. Namun kini dia tidak lagi bekerja di Cabangbungin. Dia sudah keluar dari Bekasi dan bekerja di salah satu rumah sakit di Cianjur. (and)