Berita Bekasi Nomor Satu
Bisnis  

Perwira Pertamina Sulap Kapuk untuk Pengolahan Air Limbah Domestik dan Penanganan Tumpahan Minyak

PEMAPARAN: Tenaga Ahli Environment PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Tambun Field, Talitha Jocelin Indiari, saat pemaparan inovasi TALITA dan KAPUKITA di kantornya, Senin Senin (8/9). FOTO: EKO ISKANDAR/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Serat alam kapuk selama ini dikenal sebagai bahan pengisi kasur dan bantal. Namun, di tangan Perwira Pertamina, bahan alami ini dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah domestik dan penanganan tumpahan minyak di perairan secara ramah lingkungan.

Dua inovasi lahir di PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Tambun Field, yakni TALITA (Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Terintegrasi ABR-Klorinasi) dan KAPUKITA (Kapuk Alam Penyerap Untuk Kendali Insiden Tumpahan di Perairan). Selain memanfaatkan kekayaan alam lokal, keduanya menjawab tantangan industri dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Limbah Domestik Jadi Air Layak Guna

TALITA dirancang untuk mengolah limbah dari kamar mandi, kantin, dan septic tank agar aman digunakan kembali. Sistem ini dilengkapi grease trap, bak pengendap, kompartemen pengolahan kimiawi, penampung, dan pompa otomatis.

Tenaga Ahli Environment PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Tambun Field, Talitha Jocelin Indiari, menjelaskan proses pengolahan dimulai dengan pemisahan limbah berdasarkan sumbernya.

Black water dari toilet dialirkan ke septic tank untuk memisahkan lumpur dan air, green water dari kamar mandi langsung ke bak pengendapan, sementara limbah kantin yang bercampur minyak melewati oil trap agar minyak terpisah. Selanjutnya, ketiga jenis limbah tersebut dikumpulkan di bak pengendapan.

“Pengendapan di sini adalah berdasarkan waktu saja, tidak ada penambahan media apapun,” jelas Talitha saat kegiatan media visit di kantornya, Senin (8/9).


WATERPOND: Wartawan melihat Waterpond di PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Tambun Field, Senin (8/9). FOTO: EKO ISKANDAR/RADAR BEKASI

Selanjutnya, air dialirkan ke Anaerobic Baffle Reactor (ABR) yang memiliki beberapa kompartemen. Tahap ini berfungsi mengurangi kandungan BOD, COD, dan TSS dalam air limbah, serta gas metana (CH4) yang dilepaskan melalui ventilasi khusus.

Setelah melewati ABR, air kemudian masuk ke tahap klorinasi untuk menurunkan kandungan bakteri coliform. Pada tahap ini, kaporit ditambahkan agar air menjadi lebih higienis. Tahap terakhir, air yang telah bersih ditampung di waterpond.

“Air dari waterpond dimanfaatkan untuk penyiraman fasilitas produksi, suplai air hydrant, dan penyiraman tanaman,” tuturnya.

Serat kapuk menjadi media utama dalam tahap penyaringan. Struktur seratnya yang berongga efektif menyaring zat pencemar sekaligus menjadi rumah bagi bakteri pengurai.

“Hasil uji laboratorium pada outlet TALITA telah memenuhi baku pertek air limbah sehingga sudah layak dam boleh dilakukan pemanfaatan untuk suplai air pemadam di PT Pertamina EP Tambun Field,” jelasnya.

Berdasarkan data, terjadi penurunan kadar TSS (Total Suspended Solid) hingga 94,1 persen, COD (Chemical Oxygen Demand) sebesar 87,1 persen, dan coliform hingga 98,9 persen, dan BOD 98,9 persen. TALITA telah direplikasi di Kampung Wates, Desa Kedungjaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, dan berpotensi untuk diterapkan di WK Subang Field serta Jatibarang.

Secara komersial, TALITA dapat dikembangkan dalam versi portable dengan menggunakan drum plastik yang terhubung ke reaktor, sekaligus memungkinkan penjualan media serat alam kapuk secara terpisah.

Berdasarkan pencarian di USPTO, DJKI Paten, dan DJKI Hak Cipta, penggunaan serat alam kapuk sebagai media pengolahan air limbah belum pernah dipatenkan, sehingga membuka peluang untuk mendaftarkan paten atas inovasi ini.

“Untuk potensi paten, kemarin belum pernah ada dan kami sekarang sudah proses kan patennya,” ucapnya.

Penanganan Tumpahan Minyak

SIMULASI: Environment Officer PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Tambun Field, Muhammad Fadillah, saat simulasi KAPUKITA untuk penanganan tumpahan minyak di perairan di halaman kantornya, Senin (8/9). FOTO: EKO ISKANDAR/RADAR BEKASI

Selain TALITA, PT Pertamina EP mengembangkan KAPUKITA, inovasi untuk mengendalikan insiden tumpahan minyak di perairan. KAPUKITA menggunakan serat kapuk sebagai material absorben boom yang menahan dan menyerap minyak di permukaan air.

Desainnya berupa jaring kain batis sepanjang 1,3 meter atau 4 meter dan diameter 20 cm yang diisi serat kapuk.

Keunggulan serat kapuk meliputi sifat hidrofobik (tidak menyerap air), struktur berongga untuk menampung minyak, permukaan berpori yang meningkatkan luas kontak, kandungan lilin/alifatik untuk afinitas minyak, ringan dan mengapung, serta biodegradable.

Proses pembuatan KAPUKITA dimulai dari pengambilan serat kapuk dari buah kering, perendaman selama 15 menit, penggulungan, penjahitan, dan dimasukkan ke kain batis. Absorben boom siap digunakan dan dapat dipakai ulang hingga tujuh kali.

Efektivitasnya lebih tinggi dibandingkan absorben lain, seperti serat bintaro yang hanya bisa digunakan hingga lima kali, atau absorben pabrikan yang umumnya hanya satu sampai dua kali pakai.

“77 persen lebih efektif dibanding absorben pabrikan 62 persen lebih efektif dibanding absorben bintaro,” ujar Environment Officer PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Tambun Field, Muhammad Fadillah.

Inovasi ini memiliki potensi penerapan luas, termasuk di industri migas, kimia, dan bengkel. Keuntungannya antara lain efisiensi biaya, pengurangan limbah B3, kemudahan pengadaan produk, serta proses pembuatan yang sederhana, efektif, dan ramah lingkungan.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi, Sukmawatty Karnahadijat, mengapresiasi inovasi KAPUKITA yang digagas PT Pertamina EP Regional 2 Zona 7 Tambun Field. Ia menilai, inovasi tersebut berkontribusi dalam mengurangi dampak terhadap lingkungan.

“Tadi kan disampaikan bisa mengurangi limbah B3. Dengan berkurangnya, berarti kan dampak ke lingkungan berkurang,” ucapnya. (oke)