RADARBEKASI.ID, BEKASI – Banjir melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Bekasi sejak Sabtu (1/11) hingga Minggu (2/11). Banjir dipicu meluapnya Kali Cikarang akibat peningkatan debit air dari kawasan hulu di wilayah Bogor.
Kondisi drainase yang tidak berfungsi optimal turut memperparah genangan. Air yang seharusnya mengalir ke saluran pembuangan tersumbat, sehingga meluap ke permukiman warga.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi mencatat, banjir menerjang tujuh kecamatan, yakni Cibitung, Sukatani, Karangbahagia, Cikarang Utara, Cikarang Selatan, Serangbaru, dan Cikarang Barat.
BPBD Kota Bekasi dan BNPB Perkuat Sistem Peringatan Dini Banjir
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bekasi, Muchlis, menyampaikan bahwa banjir di tujuh kecamatan tersebut merendam sedikitnya 1.304 rumah warga. Sebanyak 1.377 kepala keluarga (KK) atau sekitar 3.548 jiwa terdampak.
Menurut Muchlis, Kecamatan Sukatani menjadi wilayah paling parah dengan ketinggian air mencapai 140 sentimeter.
“Di wilayah ini terdapat 140 rumah yang terendam, dengan 210 KK atau 815 jiwa terdampak. Sementara wilayah lain ketinggian airnya berkisar antara 20 hingga 80 sentimeter,” ujarnya, Sabtu (1/11).
Sebagian besar permukiman yang terendam, kata Muchlis, berada di sekitar bantaran Kali Cikarang dan saluran air yang terhubung langsung dengan kali tersebut. Pada Minggu siang, kondisi air mulai berangsur surut.
“Sudah surut, tinggal menyisakan sejumlah titik genangan,” kata Muklis.
Hadapi Banjir, Pemkot Bekasi Siagakan 50 Perahu
Pihak BPBD telah mendirikan tenda darurat bagi warga terdampak. Berdasarkan hasil asesmen sementara, tidak ada korban jiwa akibat banjir luapan Kali Cikarang ini.
“Kami bersama para relawan dan warga masih terus bersiaga untuk meminimalisir dampak. Sebagian warga memilih tetap berada di sekitar kediaman dengan tingkat kesiagaan penuh, terutama yang tinggal di wilayah bantaran Kali Cikarang,” katanya.
Sementara itu, di Kampung Elo, Desa Sukamanah, Kecamatan Sukatani, puluhan warga terpaksa bergantian berjaga sepanjang malam demi mengamankan barang-barang di dalam rumah yang terendam banjir sejak Sabtu sore hingga Minggu pagi.
Salahsatu warga, Kokom (34), menuturkan air luapan Kali Cikarang terus mengalir ke gang-gang pemukiman hingga jalan utama.
“Banjir dari semalam karena tanggul jebol. Belum hujan tapi banjir,” kata Kokom.
Ia mengatakan, puncak banjir terjadi pada Sabtu malam dengan ketinggian air di luar rumahnya mencapai sekitar satu meter. Demi keselamatan, Kokom meminta petugas mengevakuasi ibunya.
Sementara ia dan suaminya memilih bertahan di rumah untuk menjaga barang-barang. Menurutnya, sebagian besar lansia dan ibu-ibu yang memiliki balita telah mengungsi ke lokasi aman yang disediakan warga.
“Di dalem rumah, sepaha orang dewasa. Ada yang ngungsi ke perumahan dan musala. Saya milih bertahan buat jaga barang-barang, kalau orangtua sudah dievakuasi ke musala,” tambahnya.
Sejak Sabtu, lanjutnya, warga belum menerima bantuan logistik seperti makanan dan obat-obatan dari pemerintah setempat. Untuk memenuhi kebutuhan harian, ia membeli sendiri ke warung yang masih buka. Ia berharap pemerintah segera memperbaiki tanggul yang jebol.
“Akibat banjir di sini ekonomi keganggu. Warung pada tutup, saya jualan berenti dulu. Berharap semoga tanggul segera diperbaiki,” tuturnya.
Warga Perumahan Griya Bagasasi, Muhammad Burhani (26), menceritakan bahwa air mulai meluap pertama kali dari saluran drainase sebelum akhirnya memenuhi jalan utama perumahan hingga masuk ke dalam rumah warga.
“Sekitar pukul 16.30 air sudah setinggi 30 sentimeter di jalan utama dan sampai malam sekitar pukul 21.25 ketinggian air di beberapa titik sudah mencapai 60 sentimeter hingga satu meter,” kata Burhani.
Saat itu, ia bersama keluarganya segera mengamankan pakaian dan barang-barang elektronik ke lantai dua rumahnya. Biasanya, lanjut Burhani, genangan air di kawasan tersebut hanya sekitar 30 sentimeter dan tidak pernah sampai masuk ke rumah.
“Baru kali ini air betul-betul masuk. Saya masih bertahan di lantai dua bersama beberapa tetangga, terutama yang punya balita,” tambahnya.
Selama berada di lantai dua rumahnya, Burhani juga sempat melihat warga yang dievakuasi oleh petugas kebencanaan. Ia mengaku, selama 15 tahun tinggal di kawasan itu, baru kali ini banjir masuk ke dalam rumahnya.
Sementara itu, Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pol Mustofa, mengungkapkan ratusan personel Polri telah diterjunkan untuk membantu warga terdampak banjir di tujuh kecamatan. Salah satunya di Perumahan Bagasasi, Desa Sukarukun, di mana ketinggian air mencapai satu meter.
“Prioritas kami adalah keselamatan warga. Kami mengevakuasi mereka ke titik yang lebih aman, terutama ke gerbang perumahan, serta membantu warga yang sakit,” ujar Mustofa.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi banjir susulan. Selain menyiagakan personel, pihaknya memastikan keamanan rumah warga yang terdampak dari potensi tindak kejahatan. (ris)











