RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi tengah mempercepat pembangunan polder dan turap air di wilayah Rawalumbu, Bekasi Timur, dan Bekasi Barat. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi potensi banjir di tengah tingginya curah hujan menjelang akhir tahun.
Menurut Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, saat ini Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) masih melakukan pengerukan menggunakan alat berat di kawasan Bekasi Utara dan Medan Satria, guna mengurangi genangan air saat hujan.
“Jadi hari ini memang kita kebut beberapa polder yang sedang jadi target untuk penyelesaian. Rawalumbu, Kemudian Bekasi Timur, dan di Bekasi Barat ada dua lokasi yang hari ini sedang kita optimalisasikan termasuk pengurukan-pengurukan sungai,” ucap Tri saat ditemui di Gedung Plaza Pemkot Bekasi, Senin (3/11).
Tri menambahkan, pengerukan dan pembangunan polder yang sudah berlangsung hampir lima bulan ini mulai menunjukkan hasil, di mana genangan air relatif bisa dikendalikan. Ia berharap curah hujan tetap dalam kondisi yang adaptif, karena hujan tidak bisa dikontrol.
“Dan itu belum kita tarik sudah hampir lima bulan. Dan hasilnya terlihat bahwa relatif genangan air masih bisa dikendalikan. Mudah-mudahan curah hujannya tetap dalam kondisi yang adaptif lah, karena hujan gak bisa dikontrol,” sambungnya.
Persoalan banjir di Kota Bekasi, menurut Tri, juga dipengaruhi faktor geografis. Aliran air yang melewati wilayah perbatasan dengan Kabupaten Bekasi sering mengalami penyempitan, sehingga berdampak pada laju aliran air.
“Karena memang persoalan kita hadapi biasanya terjadi penyempitan di wilayah Kabupaten. Nah ini menjadi PR kita tersendiri, bagaimana optimalisasi komunikasi yang kita lakukan juga dengan Kabupaten agar di wilayah perbatasan ini bisa dikerjakan. Seperti salah satunya di Kali Busa sudah dilakukan,” jelasnya.
Ia juga mengakui masih terdapat kendala lain yang memperparah kondisi aliran air, yakni kurangnya kesadaran masyarakat yang masih membiasakan membuang sampah sembarangan ke sungai.
“Tapi memang kadang disiplin, masyarakat untuk tidak membuang sampah. Jadi baru saja dikeruk, dibersihin, ternyata belum seminggu sudah ke penuh lagi,” imbuhnya.
Tri menegaskan, tantangan tersebut menjadi dorongan agar semua pihak memiliki kesadaran bersama untuk tidak lagi membuang sampah ke sungai.
“Buang sampahnya di tempat yang sudah ditetapkan aja, atau nanti juga diangkut sama kami gitu, Pemerintah Kota. Daripada kalau kemudian dibuang ke sungai, kerjanya dua kali. Angkatin, masukin lagi ke karung, bikin dia kering dulu, baru nanti diangkut,” tuturnya.
Lebih jauh, Tri mengingatkan bahwa sampah di sungai tidak hanya menimbulkan banjir, tetapi juga merusak ekosistem, mencemari lingkungan, mengganggu kesehatan, dan mengurangi keindahan kota.
“Tetapi juga potensi terkait dengan pencemaran udara, mengganggu kesehatan, belum lagi keindahan. Ini yang saya kira harus kita bangun bersama secara kesadaran,” pungkasnya. (cr1)











