Berita Bekasi Nomor Satu

Pelajar Bekasi Korban Dugaan Pengeroyokan Alami Trauma

Orangtua korban menunjukkan luka anaknya yang diduga menjadi korban dugaan pengeroyokan. FOTO: ISTIMEWA

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Seorang pelajar laki-laki berinisial MP (17) yang diduga menjadi korban pengeroyokan oleh empat orang, tidak hanya mengalami luka fisik tetapi juga trauma psikologis. Peristiwa ini terjadi di kawasan Perumahan Bojong Menteng, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Rabu malam (19/11).

Berdasarkan asesmen awal Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi, menunjukkan MP mengalami trauma.

“Pada saat kita dampingi kondisinya masih trauma. Ibunya juga syok karena melihat anaknya pulang dalam kondisi lemas, sempat mual, muntah-muntah, lalu ada lebam yang membuat ibunya panik,” ungkap Ketua KPAD Kota Bekasi, Novrian, Kamis (20/11).

Setelah mendampingi MP menjalani visum serta memberikan keterangan ke pihak kepolisian, KPAD memberikan penguatan untuk membantu kondisi psikologis korban. Kondisi MP disebut sedikit lebih baik. Sore harinya, ia sudah mulai mau makan meski masih tampak kesakitan dan ketakutan.

“Besok insya Allah kita akan ada asesmen lanjutan dan penguatan psikologis KPAD bersama DP3A,” kata Novrian.

KPAD juga berencana melakukan asesmen terhadap pihak sekolah. Dugaan keterlibatan kakak kelas membuat kasus ini perlu disikapi serius agar lingkungan pendidikan tidak menjadi ruang subur kekerasan.

Novrian menegaskan, tak boleh ada pihak yang menormalisasi kekerasan terhadap anak, apa pun bentuknya. Baik perundungan maupun kekerasan fisik harus ditangani dengan presisi.

“Sekarang bukan soal besar atau kecil kasus, tapi setiap kasus harus ada penanganan yang tepat,” ujarnya.

KPAD dan Pemkot Bekasi disebut tengah menggencarkan kampanye anti-kekerasan terhadap anak. Program ini telah menyasar ratusan siswa dan guru di 100 SMP di Kota Bekasi. Tidak berhenti di sekolah, sosialisasi juga digelar di tingkat kecamatan, diikuti guru, siswa SMA/SMK, Pekerja Sosial Masyarakat, serta Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan.

“Kekerasan terhadap anak bisa terjadi di mana saja, di sekolah ataupun di lingkungan masyarakat. Setelah siswa pulang sekolah, mereka berada di lingkungan kecamatan, kelurahan, RW, RT. Maka penting membangun kepedulian bersama,” tegas Novrian. (sur)