RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tim dosen IPB University berhasil melakukan panen kepiting dari penerapan teknologi wanamina (silvofishery) di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
Hasil ini menjadi puncak dari pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat Berbasis Inovasi dan Kemitraan (BIMA) 2025 yang diselenggarakan pada 29–30 November, bekerja sama dengan kelompok pembudidaya Muge Crab.
Kegiatan bertema “Peningkatan Pendapatan Pembudidaya Kepiting melalui Pelatihan Penerapan Teknologi Wanamina dan Manajemen Usaha di Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat” ini bertujuan menguatkan kapasitas masyarakat pesisir.
Program ini meliputi empat bagian utama, yakni penerapan sistem wanamina untuk kepiting, pelatihan membuat pakan secara mandiri, pelatihan pembuatan kolam terpal, serta penyusunan jadwal produksi dan model bisnis kanvas.
Ketua Pelaksana, Dudi Muhammad Wildan, menyampaikan bahwa program ini tidak sekadar alih pengetahuan teknis, tetapi juga bagian dari upaya penyadaran lingkungan.
“Melalui BIMA 2025, kami berharap ilmu tentang wanamina kepiting di Muara Gembong dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai ekosistem mangrove dan potensi sumber daya kepiting. Ini juga diharapkan menjadi contoh bagi daerah lain,” ujar dosen IPB tersebut.
Dampak ekonominya terlihat nyata. Berdasarkan catatan tim, hasil panen mitra meningkat tajam dari sebelumnya sekitar 5 kilogram per siklus (setara Rp650.000) menjadi 25 kilogram per siklus (senilai Rp3.262.500). Pencapaian ini didukung penerapan teknik budi daya yang lebih terukur dan efisien.
Ketua Kelompok Muge Crab, Muhammad Yanih, menyampaikan apresiasi atas pendampingan dari IPB.
“Kami berterima kasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan. Semoga ke depan kami dapat melanjutkan dan mengembangkan kegiatan wanamina ini secara mandiri,” ujarnya.
Keberhasilan ini turut didukung oleh pendanaan dan fasilitasi Program BIMA 2025. Skema ini mendorong perguruan tinggi untuk mengaplikasikan inovasi langsung di lapangan guna mengatasi masalah nyata sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
Selain aspek ekonomi, program ini menekankan pelestarian ekosistem mangrove. Sistem wanamina yang diterapkan memadukan budi daya kepiting dengan rehabilitasi mangrove, sehingga kegiatan ekonomi justru mendukung pemulihan lingkungan pesisir yang sering mengalami kerusakan.
Dengan capaian yang positif, diharapkan sinergi antara akademisi, masyarakat, dan program pendampingan seperti BIMA dapat berlanjut. Keberhasilan di Muara Gembong diharapkan dapat ditiru di berbagai wilayah pesisir Indonesia demi mewujudkan pembangunan perikanan yang berkelanjutan dan inklusif. (*)











