RADARBEKASI.ID, BEKASI – Menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, harga cabai di Kabupaten Bekasi kembali bergejolak seiring menurunnya pasokan dari sejumlah daerah pemasok.
Di Pasar Induk Cibitung, harga cabai rawit tembus Rp100 ribu per kilogram, imbas berkurangnya pasokan cabai rawit dan cabai keriting sejak awal Desember.
Kepala Bidang Barang Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Helmi Yenti, menjelaskan bahwa pasokan cabai dari wilayah pemasok seperti Madura, Rembang, dan Garut menurun drastis.
BACA JUGA: Jelang Nataru, Harga Cabai Rawit Meroket di Pasar Baru Bekasi
“Dari Garut, produksi mereka berkurang sampai 40 persen karena cuaca tidak menentu. Banyak cabai yang busuk dan rontok di pohon,” ucap Helmi, Selasa (9/12).
Selain cuaca, pola tanam juga menjadi faktor penyebab. Sebagian besar petani di Garut kini lebih banyak menanam cabai rawit dibanding cabai keriting.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Bekasi, pasokan cabai rawit saat ini bergantung pada Lampung, Madura, dan Bali. Namun, pasokan dari Madura juga diperebutkan oleh wilayah lain.
“Jadi stok cabai keriting otomatis berkurang, ini informasi dari produsen. Petani di Garut 70 persen menanam cabai rawit, hanya 30 persen cabai keriting,” tambahnya.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan stok ini telah terjadi sejak awal Desember 2025. Harga cabai merangkak naik dari Rp50 ribu, kemudian Rp75 ribu, hingga kini mencapai Rp100 ribu per kilogram.
“Sudah mulai ada gejolak, terutama cabai rawit jablai dan cabai keriting. Minggu ini yang terkoreksi naik itu cabai jablai, cabai rawit besar, telur, dan bawang,” terang Helmi.
Helmi juga menyebut bencana alam di Sumatera berdampak pada distribusi cabai. Beberapa pasar di Pulau Jawa tidak mendapatkan pasokan dari wilayah tersebut. Biasanya, ketika produksi cabai di Jawa menurun, pasokan dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh menjadi penyeimbang.
“Tiga provinsi ini biasanya jadi second opinion di saat Jawa dalam kondisi tidak baik-baik saja. Jadi biasanya tahun kemarin Aceh ngirim, Sumatera Barat ngirim, kalau Sumatera Utara juga ngirim,” tuturnya.
Untuk meredam gejolak harga, Dinas Perdagangan tengah menyiapkan Operasi Pasar Dalam Rangka Pengendalian Inflasi Daerah (OPADI).
“OPADI itu tujuannya mengurangi beban masyarakat dari harga yang relatif fluktuatif tinggi saat Nataru. Biasanya berupa paket kebutuhan barang pokok,” tutup Helmi (ris)











