RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tingginya harga elpiji tiga kilogram (kg) bersubsidi atau gas melon di wilayah pesisir Kecamatan Muaragembong mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten Bekasi.
Seperti diketahui, para nelayan mengeluhkan tingginya harga elpiji melon yang mereka beli di warung, yakni mencapai Rp25 ribu per tabung. Harga tersebut berada di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp18.750.
Kepala Bidang Pengendalian Barang Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Helmi Yenti, mengatakan pihaknya tengah berkoordinasi dengan Pertamina untuk mengatasi ketimpangan harga gas melon di wilayah pesisir Muaragembong.
“Nanti kami dengan Pertamina akan memanggil agen yang menyalurkan elpiji agar mau mendirikan pangkalan di situ,” ucap Helmi saat dikonfirmasi, Minggu (14/12).
Selain mendorong pembukaan pangkalan gas di Muaragembong, pihaknya juga akan memberikan pemahaman kepada para pemilik warung yang menjual gas melon. Ia menegaskan, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 104 Tahun 2007 juncto Perpres Nomor 70 Tahun 2021 tentang penyediaan, pendistribusian, dan penetapan harga elpiji tiga kg, nelayan termasuk dalam sasaran utama penerima gas subsidi.
“Strategi kami untuk memerangi warung yang menjual elpiji tiga kg sesukanya itu, kita perbanyak pangkalan. Sehingga otomatis masyarakat, nelayan dapat dengan mudah mendatangi pangkalan,” tambahnya.
Menurutnya, warung hanya dapat menyalurkan sekitar 20 persen gas bersubsidi, sementara pangkalan mampu menyalurkan hingga 80 persen kepada penerima manfaat.
Helmi optimistis keberadaan pangkalan gas di wilayah Muaragembong, khususnya di Desa Pantai Bahagia yang berbatasan langsung dengan laut lepas, akan membuat harga elpiji tiga kg lebih merata sesuai HET. Dengan demikian, nelayan tidak lagi menghadapi kelangkaan maupun harga gas yang tinggi.
“Tentunya pemerintah akan berupaya untuk mendukung kelancaran distribusi kebutuhan pokok di wilayah tersebut, termasuk gas elpiji,” terang Helmi. (ris)











