RADARBEKASI.ID, BEKASI – Masyarakat pesisir Muaragembong, Kabupaten Bekasi, diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir rob lanjutan yang diprediksi terjadi pada penghujung tahun hingga awal 2026. Berdasarkan data dari aplikasi pemantauan pasang surut air laut, puncak banjir rob diperkirakan terjadi pada awal Januari 2026.
Sekretaris Desa Pantai Bahagia, Ahmad Qurtubi, mengatakan banjir rob yang sebelumnya sempat merendam permukiman warga kini telah surut. Namun demikian, ancaman pasang tinggi diperkirakan kembali terjadi mulai pertengahan Desember hingga mencapai puncaknya pada Januari 2026.
“Untuk pasang sampai Senin tanggal 15 itu masih aman. Dan mulai 16 sampai 22 Desember, ini naik lagi karena pergantian bulan. Nanti naik lagi di Januari lumayan gede,” ucap Qurtubi saat dikonfirmasi, Minggu (14/12).
BACA JUGA: Banjir Rob Terus Terjadi, Dewan Dorong Relokasi Warga Pesisir Kabupaten Bekasi
Ia menjelaskan, puncak pasang rob diprediksi terjadi pada Sabtu, 3 Januari 2026, bertepatan dengan fase bulan purnama. Ketinggian rob diperkirakan mencapai 0,84 meter, lebih tinggi dibandingkan puncak pasang pada Desember yang tercatat 0,81 meter.
”Januari itu pasang robnya lebih tinggi dibanding Desember menurut aplikasi ini. Biasanya, akurasi ini margin errornya hanya di bawah 5 persen,” katanya.
Qurtubi menambahkan, sebagian besar masyarakat pesisir Muaragembong kini semakin terbiasa memanfaatkan aplikasi pemantau pasang surut air laut dan prakiraan cuaca melalui telepon seluler. Dengan informasi tersebut, warga dapat lebih siap menghadapi potensi banjir rob.
“Bahkan aplikasi ini digunakan oleh beberapa nelayan untuk mencari ikan. Di situ bisa akses aktivitas ikan, ombak, pasang, cuaca,” kata Qurtubi.
BACA JUGA: Distribusi Bantuan Warga Terdampak Banjir Rob di Muaragembong Belum Merata
Banjir rob yang terjadi sebelumnya telah menimbulkan kerugian signifikan, terutama bagi nelayan dan petani tambak. Di Desa Pantai Bahagia, sekitar 1.200 hektare tambak ikan dan udang terdampak.
Selain itu, sejumlah infrastruktur seperti tanggul, jalan, dan jembatan juga mengalami kerusakan, termasuk jembatan penghubung antara RW 03 dan RW 04 yang berada di sisi Sungai Citarum.
“Kerusakan terjadi pada tanggul, jalan, dan tambak. Biaya perbaikannya tidak sedikit, sementara ikan dan udang banyak yang hilang,” tuturnya.
Ia juga menyoroti penurunan muka tanah yang terjadi sangat signifikan di Muaragembong. Fenomena banjir rob dengan ketinggian yang semakin tinggi dan frekuensi yang meningkat ini telah berlangsung selama lima tahun terakhir.
BACA JUGA: Pemkab Bekasi Tidak Berdaya Atasi Banjir Rob di Muaragembong
Menurutnya, kenaikan pasang rob tidak hanya terjadi di Muaragembong, tetapi juga di sepanjang pantai utara Jawa, yang dipicu oleh faktor emisi serta penurunan muka tanah (land subsidence). Ia memprediksi, penyebab utama cepatnya penurunan muka tanah di Muaragembong adalah eksploitasi atau penggunaan air tanah yang masif.
”Penurunan muka tanah di Muaragembong sangat signifikan, padahal tidak ada industri atau bangunan berat di sini. Setiap rumah memiliki sumur bor, ditambah lagi ada sumur yang dimiliki oleh pertanian. Kemungkinan besar ini penyebab lebih cepatnya penurunan muka tanah,” tandasnya.
Pengajuan Alat Berat Tak Terealisasi
Sementara, warga Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi membutuhkan alat berat untuk meninggikan tanggul tanah guna menahan masuknya air laut ke permukiman. Selama bertahun-tahun banjir rob menyebabkan abrasi kian parah.
Ketua RT 05 RW 06 Kampung Gobah, Maskah, mengungkapkan pihaknya sangat membutuhkan alat berat untuk meninggikan tanggul. Pasalnya, hanya alat itu yang mumpuni.
“Kita butuh beko buat ninggiin tanggul tanah, supaya air nggak meluap ke permukiman. Nggak mungkin ninggiin tanggul pake pacul,” ujar Maskah, Kamis (11/12).
Ia menambahkan, tanggul yang lebih tinggi cukup membantu menahan air laut. Selain itu, rehabilitasi mangrove juga diperlukan untuk menekan laju abrasi.
Menurutnya, pihaknya sudah mengusulkan kebutuhan alat berat kepada pemerintah desa. Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut.
“Sudah kami ajukan, tapi belum ada kabar,” katanya.
Maskah menuturkan bahwa abrasi di Pantai Bahagia semakin mengkhawatirkan. Banyak warga terpaksa meninggalkan rumah karena bangunan rusak bahkan hilang tergerus air laut.
Berdasarkan data Pemerintah Kecamatan Muaragembong, terdapat empat desa yang terdampak abrasi, yakni Desa Pantai Mekar, Pantai Bahagia, Pantai Bakti, dan Pantai Sederhana.
Di antara empat desa tersebut, Pantai Sederhana dan Pantai Bakti merupakan wilayah yang paling parah terdampak. Ratusan rumah hilang setiap tahun akibat abrasi dan pergeseran tambak.
“2005 rumah mulai rusak sampai sekarang semakin parah abrasi,” ujar Maskah. (ris/oke)











