RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tim Disaster Search and Rescue (Dansar) Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mencatat telah mengevakuasi sebanyak 30 korban meninggal dunia akibat rangkaian bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera sejak akhir November 2025. Hingga pertengahan Desember, 14 orang dilaporkan masih dalam pencarian.
Komandan Dansar Kabupaten Madina, M Rizal Rangkuti, menjelaskan bahwa proses evakuasi telah berlangsung sejak 25 November 2025, diawali dari pergerakan tim menuju Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
“Pada 25 November kami mendapat informasi dan bergerak ke Sibolga, Tapanuli Tengah. Namun di perjalanan kami justru terjebak banjir di wilayah Sayumartinggi,” kata Rizal, Senin (14/12).
Di waktu bersamaan, banjir juga melanda Kabupaten Madina. Mengingat kantor Dansar berada di wilayah tersebut, tim memutuskan untuk memprioritaskan evakuasi warga Madina terlebih dahulu.
Selama dua hari, tim mengevakuasi satu desa yang berada di pertemuan Sungai Batang Gadis dan Sungai Angkola, yang saat itu sudah terendam banjir. Setelah kondisi dinyatakan aman, tim melanjutkan perjalanan ke wilayah terdampak lain.
Pada 27 November 2025, SAR Madina akhirnya berhasil masuk ke Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, yang mengalami dampak paling parah akibat banjir dan longsor.
Melihat besarnya skala bencana, SAR Madina ini kemudian meminta bantuan Kantor SAR Pekanbaru. Tim SAR Pekanbaru diketahui telah lebih dahulu masuk ke wilayah Batang Toru.
Di lokasi Sangkunur, tim SAR Madina menemukan titik longsor besar yang menimbun sejumlah rumah warga. Dari lokasi tersebut, 22 korban meninggal dunia berhasil dievakuasi.
“Hari berikutnya kami menerima laporan dari masyarakat di Kampung Durian, Desa Aek Pardomuan, ada empat korban tertimbun longsor. Tim bergerak dan alhamdulillah keempat korban berhasil dievakuasi,” ujar Rizal.
Dengan demikian, total korban meninggal yang berhasil dievakuasi hingga saat itu mencapai 26 orang. Selanjutnya, saat tim masuk lebih dalam ke Kecamatan Batang Toru, ditemukan kembali empat jenazah, sehingga total keseluruhan korban meninggal yang berhasil dievakuasi menjadi 30 orang.
Namun demikian, proses pencarian masih menghadapi berbagai kendala di lapangan. Rizal mengungkapkan, material banjir berupa kayu gelondongan dan lumpur menyulitkan proses penyisiran.
“Material kayu menumpuk sangat tinggi di hampir semua titik. Ini sangat menyulitkan tim untuk melakukan penyisiran,” jelasnya.
Bahkan, di wilayah Sungai Garoga, tim menemukan sungai sepanjang dua kilometer telah berubah menjadi hamparan tumpukan kayu.
“Kami harus berjalan di atas tumpukan kayu itu. Tidak bisa disapu bersih dalam satu hari, sehingga pencarian akan dilanjutkan,” katanya.
Terkait jumlah korban hilang, Rizal menyebutkan bahwa data masih terus disinkronkan. Dari 27 laporan orang hilang yang masuk, setelah diverifikasi, 14 orang dipastikan masih belum ditemukan.
“Pencarian akan terus kami lakukan sampai seluruh data orang hilang bisa dipastikan,” tegasnya.
Untuk meringankan beban korban banjir bandang dan longsor di wilayah Sumatera, Gerakan Anak Negeri membuka donasi. Dana dapat disalurkan melalui Bank Mandiri dengan nomor rekening 133-00-32756611 atas nama Yayasan Negeri Satu Bangsa atau melalui Kitabisa. (*)











