Berita Bekasi Nomor Satu

Fuji Akui Mengidap ADHD Sejak Kecil, Begini Kronologinya

Fuji alami ADHD sejak kecil hingga susah fokus. Foto: Instagram

RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Selebritas sekaligus kreator konten Fujianti Utami, yang akrab disapa Fuji, secara terbuka mengungkapkan bahwa dirinya memiliki gangguan perkembangan pada saraf yang dikenal sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). 

Pengakuan tersebut disampaikan Fuji saat menjadi bintang tamu dalam podcast Raditya Dika yang tayang di kanal YouTube @radityadika.

ADHD sendiri, sebagaimana dilansir dari Alodokter, merupakan gangguan perkembangan pada otak yang ditandai dengan kesulitan berkonsentrasi, perilaku hiperaktif, serta kecenderungan impulsif. Kondisi ini dapat berdampak pada pencapaian akademik maupun kualitas hubungan sosial penderitanya.

Dalam perbincangan tersebut, Fuji mengungkapkan bahwa gejala ADHD sebenarnya telah ia rasakan sejak masa kanak-kanak. Ia kerap mengalami kesulitan fokus dan sering lupa terhadap hal-hal sederhana dalam kesehariannya.

“Dari kecil sebenarnya mama sama papa sudah sering banget marahin aku. Aku suka lupa taruh barang, suka lupa apa yang aku lakukan,” ujar Fuji, dikutip Rabu (17/12).

Fuji juga mengaku sulit berkonsentrasi ketika berada di lingkungan yang ramai. Sebaliknya, ia justru merasa lebih tertata saat melakukan aktivitas seorang diri.

“Kalau belajar rame-rame nggak fokus, tapi kalau sendiri itu lebih tertata,” tuturnya.

Tak hanya itu, gangguan konsentrasi tersebut turut memengaruhi pekerjaannya. Fuji mengaku kesulitan menghafal skrip dan menjaga fokus saat berbicara sesuai topik.

“Aku susah banget namanya ngapalin skrip, fokus ke topik pembicaraan,” katanya.

Dalam proses bekerja, Fuji juga menyadari dirinya kerap bersikap tidak konsisten. Ia sering meninggalkan pekerjaan pengeditan di tengah jalan karena merasa bosan, lalu lupa melanjutkannya dalam waktu yang cukup lama.

“Aku biasanya suka ngedit sendiri dari dulu. Terus pas lagi ngedit, ngedit setengah udah bosan, tinggalin. Terus abis itu lupa, aku lanjut editannya sebulan kemudian, bisa separah itu,” ungkap Fuji.

Kesadaran untuk memeriksakan diri ke psikolog muncul setelah mendapat dorongan dari sahabatnya, Vio. Awalnya, Fuji mengaku menolak karena merasa belum membutuhkan bantuan profesional.

Baca Juga: Dituding Pelakor, Davina Karamoy Malah Curhat Pernah Berkali-kali Diselingkuhi

“Awalnya aku nggak mau, karena aku masih kecil kali ya. Aku ngerasa, I don’t need that,” ujarnya.

Namun, karena Vio terus membujuk dan merasa kasihan dengan kondisi Fuji, akhirnya ia memutuskan mendatangi psikolog sebagai bentuk menghargai sang sahabat. Pada dua sesi pertemuan awal, Fuji mengaku masih tertutup sehingga konseling belum berjalan maksimal. Baru pada pertemuan ketiga, ia mulai lebih terbuka.

“Dateng, ngomong-ngomong. Udah. Abis itu pertemuan ketiga. Aku akhirnya lebih lepas lah. Karena yang pertemuan pertama dan kedua mungkin karena akunya tertutup, jadi itu nggak works banget,” jelasnya.

Fuji juga menyadari bahwa dirinya kesulitan mengekspresikan perasaan.

“Aku tuh tidak tahu cara ekspresinya. Aku kayak ngawang aja gitu loh, jadi kayak tatapan kosong gitu,” ucapnya.

Setelah menjalani serangkaian tes dan diskusi, psikolog menyampaikan bahwa Fuji menunjukkan gejala yang mengarah pada ADHD.

Baca Juga: Aya Balqis Bongkar Foto Mesra Yuka dengan Jule di Mobil: Astagfirullah, Tega Banget

“Abis itu psikolognya bilang, ‘Coba deh kamu tes.’ Dikasih kertas, aku isi-isi. Terus sambil diajak ngobrol. Abis isi-isi, diajak ngobrol lagi. Terus aku bilang aku nggak bisa fokus, aku suka meledak-ledak. Dia bilang kamu kayaknya punya gejala ADHD, terus dijelasin,” tutur Fuji.

Pengakuan Fuji ini pun menuai perhatian publik dan dinilai memberikan edukasi sekaligus membuka kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, khususnya terkait ADHD, yang kerap tidak disadari sejak usia dini.(ce2)