RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kekurangan guru dan rendahnya kesiapan tenaga pendidik dalam menghadapi digitalisasi menjadi perhatian serius.
Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya Kemendikdasmen, Suhadi, mengakui bahwa tidak semua guru siap dalam menghadapi perubahan zaman.
“Kita tidak bisa pungkiri bahwa guru, baik muda, setengah tua, dan tua, semuanya tidak siap melakukan perubahan zaman sesuai perkembangan dengan memanfaatkan digitalisasi,” ujar Suhadi, saat berkunjung ke Cikarang, Selasa (16/12).
Dengan kondisi tersebut, kata Suhadi, dibutuhkan berbagai upaya agar guru menjadi melek digital. Dengan demikian, mereka bisa menciptakan generasi muda yang berkualitas sehingga mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045.
“Dengan tidak siap ini, maka kita butuh effort agar mendorong yang tadinya tidak melek digital menjadi melek dan yang tidak tahu menjadi tahu,” katanya.
“Caranya selain material pembelajarannya kita siapkan, bahan-bahannya juga kita siapkan, sarananya kita lengkapi, gurunya juga kita latih,” imbuhnya.
Upaya peningkatan kemampuan guru dilakukan melalui berbagai pelatihan, baik yang diselenggarakan oleh pusat maupun oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Selain itu, pelatihan juga bisa dilakukan melalui kelompok kerja guru (KKG/ MGMP), kelompok belajar, dan program kolaborasi antar sekolah.
Suhadi mencontohkan, misalnya guru mata pelajaran Matematika di Kabupaten Bekasi bisa belajar bersama secara kelompok. Selain itu, program pembelajaran juga dapat dilaksanakan secara kolaboratif antar sekolah.
“Nanti melalui dana BOS itu salah satunya adalah untuk meningkatkan kualitas atau kualifikasi antar guru itu. Itu salah satu caranya,” jelasnya.
Suhadi menambahkan, masalah kekurangan guru sering terjadi karena adanya penumpukan di beberapa sekolah. Terkait hal ini, pihaknya akan melakukan pemetaan untuk mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
“Direktorat Jenderal akan memeriksa dan menyiapkan program untuk mengatasi permasalahan guru. Yang jelas, Dinas Pendidikan harus memetakan kondisi ketersediaan guru di masing-masing daerah,” kata Suhadi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Imam Faturochman, menyampaikan bahwa masalah guru masih menjadi fokus evaluasi pihaknya, terutama dalam meningkatkan kualitas tenaga pengajar.
Untuk itu, kolaborasi dengan Kemendikdasmen menjadi salah satu upaya penting dalam memberikan dukungan, baik melalui pelatihan tenaga pengajar maupun bantuan lainnya.
Terkait kekurangan guru, Imam mengakui bahwa kondisi masih belum memadai. Saat ini, pihaknya tengah melakukan pendataan di setiap sekolah terkait kebutuhan guru dan jumlah guru yang tersedia.
“Kami butuh waktu beberapa hari ke depan untuk melakukan pemetaan guru. Jangan sampai ada yang numpuk di satu sekolah,” kata Imam.
Dengan keterbatasan dana BOS, setiap sekolah tetap harus memiliki guru yang memadai. Oleh karena itu, pihak Dinas Pendidikan mencari solusi agar kebutuhan guru di seluruh sekolah dapat terpenuhi, meskipun anggaran dan sumber daya terbatas.
Pihaknya menekankan bahwa pemenuhan kebutuhan guru menjadi tanggung jawab bersama. Sekolah tetap harus beroperasi dengan lancar, sehingga distribusi dan penempatan guru harus diatur sebaik mungkin.
Pemerintah berupaya mendorong agar setiap sekolah dapat memiliki jumlah guru yang cukup, meski keterbatasan anggaran dan sumber daya menjadi tantangan yang harus diatasi.
“Intinya pemerintah ingin mendorong semua sekolah gurunya terpenuhi,” pungkasnya. (and)











