Oleh: Fathin Robbani Sukmana, Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Bekasi
Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu melakukan reshuffle atau pergantian dua menteri, yaitu Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional serta Menteri Perdagangan.
Sebelum pelantikan, banyak dugaan masyarakat, siapa saja menteri yang akan diganti. Selain dua menteri di atas beberapa menteri menjadi sorotan karena seperti tidak terlihat bekerja, contoh saja Menteri Kelautan dan Perikanan, Mendikbudristek, Menteri Perhubungan serta beberapa menteri lainnya.
Wajar saja, beberapa kementerian yang terkena dugaan reshuffle dianggap tidak menjalankan tugas karena banyak yang tidak disorot media, kalaupun disorot hanya dirjennya saja.
Saya melihat para menteri ini sebetulnya bekerja dan banyak karya hanya saja dilakukan dalam kesenyapan tanpa viral di media sosial.
Namun menurut saya, Kemendikbudristek salah satu kementerian yang memiliki banyak inovasi dan juga sorotan terkait kebijakan di periode kedua Presiden Jokowi.
Mengapa demikian? Salah satu yang saya ingat adalah penghapusan Ujian Nasional dan bertepatan juga Covid-19 yang membuat seluruh unsur pendidikan bekerja keras.
Tidak ada yang sempurna, namun hasil kerja keras Kemendikbudristek perlu diapresiasi dengan masukan yang membangun tentunya.
Bagi saya semua yang memiliki arah gerak menuju perubahan patut diapresiasi apalagi Mas Menteri Nadiem bukan dari kalangan politisi sehingga sepak terjangnya sudah teruji.
Mengapa Mendikbudristek Tidak Diganti?
Setelah mendengar hasil dari pergantian menteri, sebagian besar masyarakat bertanya-tanya mengapa hanya dua menteri yang diganti? Padahal opini masyarakat menganggap bahwa menteri di periode kedua Presiden Jokowi mayoritas terlihat tidak bekerja.
Tapi, saya sedikit berpendapat bahwa menteri di era kedua Presiden Jokowi lebih banyak bekerja senyap walaupun ada saja kebijakan kontroversial yang membuat masyarakat kaget sehingga dianggap mengubah suatu kebiasaan.
Menurut saya ada beberapa faktor mengapa Mendikbudristek tidak terkena pergantian pemain, salah satunya adalah masyarakat merasa puas atas kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Perguruan Tinggi (Kemendikbudristek).
Riset dari Indikator Politik Indonesia menyebutkan bahwa 75% masyarakat puas atas kebijakan Kemendikbudristek. Dan riset ini diisi oleh 1.520 responden. Kepuasan warga ini menjadi salah satu alasan mengapa Mas Menteri Nadiem terus berlanjut.
Jika kita lihat lebih mendalam, lebih dari 60% masyarakat percaya bahwa mas Nadiem mampu membawa pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Ini disebabkan dari kebijakan Merdeka Belajar yang digaungkan Kemendikbudristek.
Dari hasil riset yang sama ada lima program Kemendikbudristek yang dinilai sangat bermanfaat yaitu Pembelajaran Tatap Muka, KIP Kuliah Merdeka, bantuan kuota data internet oleh Kemendikbudristek.
Lalu ada Bantuan Operasional Sekolah yang ditransfer langsung ke rekening sekolah sehingga flexibel dalam penggunaan, lalu terakhir dikeluarkannya kebijakan atau peraturan menteri tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual.
Program yang dianggap cukup bermanfaat seperti bantuan untuk pelaku budaya, guru penggerakm matching fund vokasi, sekolah penggerak serta platform merdeka belajar yang semua merupakan bagian dari program merdeka belajar.
Program-program ini digagas selama Mendikbud Nadiem Makarim memimpin perubahan Indonesia. Namun sayang, ia tidak banyak dikenal oleh masyarakat.
Menurut survei, yang mengetahui Nadiem Makarim hanya sebesar 41,3%. Betul-betul menteri yang bekerja dalam senyap.
Pekerjaan Rumah Kemendibudristek Pasca Reshuffle
Meskipun kepuasan masyarakat terhadap Kemendikbudristek mencapai 75% menurut saya Mas Nadiem Makarim beserta tim tidak boleh berbangga terlalu dalam, masih banyak pekerjaan rumah Kemendikbudristek yang harus menjadi perhatian lebih di luar program Merdeka Belajar.
Ada beberapa PR Kemendikbudristek untuk melengkapi arah baru pendidikan di Indonesia, sehingga mungkin saja semua kebijakannya bisa sangat bermanfaat untuk masyarakat di masa depan atau bahkan saat ini juga.
Pertama, Merdeka Belajar harus menjadi program berkelanjutan serta menambahkan budaya riset di kalangan pelajar. Membudayakan riset merupakan salah satu hal yang sangat penting agar pelajar di Indonesia dapat meningkatkan keilmuannya berdasarkan data dan realitas lapangan.
Jika budaya riset ditanamkan sejak dini saya yakin, Indonesia dalam waktu kurang dari 10 tahun akan memiliki berbagai inovasi dalam bidang apa pun dan itu untuk kemajuan negara. Bahkan bisa saja ikut menyejahterakan masyarakat.
Selanjutnya, PR Kemendikbudristek adalah mengembangkan pembelajaran yang link and match dengan keluarga. Jika dunia usaha dan dunia industri sudah dilakukan, maka pembelajaran yang relasinya kepada keluarga agar banyak masyarakat Indonesia yang memiliki pola pikir yang visioner.
Bisa saja, yang saat ini berpola pikir biasa saja, menjadi visioner dapat mengurangi angka kekerasan dalam rumah tangga hingga dapat membentuk pola berpikir kolaboratif sehingga meminimalisir kecurangan dalam kehidupan.
Terakhir adalah memaksimalkan dunia teknologi. Percuma saja jika kepuasan masyarakat 75% sedangkan masyarakatnya masih awam terhadap perkembangan dunia digital.
Dalam hal teknologi bisa dimulai dari menghapus peraturan sekolah tidak boleh membawa hp. Karena saat ini telepon pintar sebagai sarana belajar yang luar biasa.
Tiga pekerjaan rumah tadi bisa diselesaikan jika kerja keras dan kerja cerdas seluruh pihak berjalan lancar, tidak menggantungkan diri kepada Kemendikbudristek dan jajaran stakeholder di dunia pendidikan.
Salam Damai. (*)