RADARBEKASI.ID, BEKASI – Di tengah adanya pemberlakuan vaksinasi booster ketiga sebagai syarat perjalanan serta meningkatkan kekebalan tubuh antisipasi gejala berat Covid-19, vaksin yang diburu justru mengalami kelangkaan.
Di Kota Bekasi, langkanya stok vaksin Covid-19 sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Kondisi ini juga membuat pelayanan vaksinasi tersendat karena stok vaksin terbatas, bahkan beberapa gerai vaksinasi mengalami kekosongan.
Data terakhir pada tanggal 14 Oktober, total vaksin yang tersedia di Kota Bekasi tersisa 3.420 dosis jenis Pfizer. Capaian vaksinasi dosis satu tercatat menyentuh angka 94,96 persen, dosis dua 85,12 persen, dosis tiga 52,76 persen, dan dosis empat 0,33 persen dari total sasaran.
Kelangkaan vaksin dikonfirmasi oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) kota Bekasi, Tanti Rohilawati. Saat ini Dinkes Kota Bekasi telah mengusulkan penambahan jumlah vaksin kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, kondisi ini juga terjadi di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia.
“Vaksin ini drop dari pemerintah pusat, saat ini memang sedang dalam kondisi langka, adapun hanya mungkin dapat dihitung jumlah dengan jari untuk pelaksanaan program. Paling cuma satu vial, dua vial, tiga vial, jadi memang kondisinya sedang kosong,” ungkapnya.
Tanti mengapresiasi masyarakat yang masih patuh mengikuti program vaksinasi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Masyarakat diminta untuk bersabar menunggu vaksin kembali tersedia, serta segera melakukan vaksinasi.
“Insya Allah apabila sudah ada, pastinya sesegera mungkin kita dropping ke masing-masing layanan,” ungkapnya.
Mengenai perkembangan penyebaran kasus Covid-19, ia mengklaim Kota Bekasi saat ini masih terkendali. Jika status pandemi benar-benar dicabut pada akhir atau awal tahun nanti, ia optimis dengan perkembangan kasus yang terjadi akhir-akhir ini.
Diketahui, total kasus terkonfirmasi Covid-19 sampai dengan tanggal 14 Oktober tercatat sebanyak 182.565 kasus, diantaranya ada 359 kasus aktif. Sementara itu, 181.082 kasus dinyatakan sembuh, 1.185 kasus meninggal, tahun ini kasus meninggal tercatat sebanyak 45 kasus.
Sebagian besar kasus aktif menjalani isolasi mandiri, terlihat dari tingkat keterisian tempat tidur isolasi hanya berada di angka 2,86 persen, sementara ruang ICU hanya 0,88 persen.
Epidemiolog Griffith university, Dicky Budiman menyebut kosongnya persediaan vaksin ini berbahaya dan mengkhawatirkan. Ia menyebut bahwa pemberian vaksin kepada masyarakat pada masa pandemi Covid-19 akan menjadi modal kekebalan, termasuk menjaga pelaksanaan pemulihan semua sektor kehidupan masyarakat.
Menurutnya, hanya dengan vaksinasi masyarakat dapat dilindungi dari sub varian yang muncul akibat dari mutasi virus. Jika tidak, dikhawatirkan terjadi perlambatan upaya pemulihan hingga menekan angka vatalitas pada kelompok beresiko tinggi.
“Makanya pemerintah misal dengan Indovac ini bisa segera mengisi, jadi bukan hanya launchingnya, tapi segera bergerak untuk mengisi ketidaktersediaan ini,” ungkapnya.
Beberapa waktu lalu, vaksin produksi dalam negeri secara resmi diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) disebut sudah ancang-ancang untuk mendistribusikan vaksin Indovac setelah terbit izin darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) oleh Badan POM, sehingga Indonesia tidak akan lagi impor vaksin.
Dicky mengingatkan bahwa virus Covid-19 memiliki pola mutasi cepat. Kelalaian dan kecenderungan mengabaikan disebut memberikan peluang untuk virus terus bermutasi.
“Dan ini yang sekali lagi modal imunitas menjadi amat sangat penting dengan membangun cakupan vaksinasi yang memadai,” tambahnya.
Walaupun perkembangan kasus Covid-19 cenderung menunjukkan penurunan, surveilans harus terus dilakukan, terutama pemberian vaksinasi booster. (sur)