Berita Bekasi Nomor Satu

Kematian Akibat Gagal Ginjal Akut Tembus 50 Persen, Harus Jadi KLB, Ini Alasannya

Ilustrasi gejala gagal ginjal akut pada pasien usia anak-anak.

RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Sebanyak 99 anak meninggal dunia di Indonesia dari total 206 kasus. Itu artinya angka kematian atau Case Fatality Rate kasus gangguan ginjal akut menembus 50 persen. Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mendesak situasi ini harus menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau outbreak.

Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah melakukan tindakan kewaspadaan dengan menarik sejumlah obat yang diduga tercemar Etilen Glikol dan Dietilen Glikol melebihi batas. Sedikitnya ada 5 merek obat yang ditarik demi kewaspadaan dan untuk diteliti lebih lanjut.

“Kini outbreak ya. Ini KLB ya. Kenapa? Karena CFR atau angka kematiannya cukup tinggi ya. Ini bervariasi, di atas 50 persen kematiannya,” tegas Dicky dikutip dari JawaPos.com baru-baru ini.

Menurut Dicky, ini sangat logis dalam konteks Indonesia. Terbatasnya dan lemahnya deteksi dini dan kebiasaan masyarakat mengobati dirinya sendiri membuat kasus begitu tinggi.

“Bukan hanya kelemahan dari deteksi dini, tetapi juga keterbatasan sarana prasarana. Salah satu yang diperlukan selain dokter anak, dan juga hemodialisa dan peritoneal dialisis untuk cuci darah. Itu artinya harus ada dokter bedah anak. Ini berkontribusi pada tingginya kematian anak,” paparnya.

Dicky juga mendorong para ibu untuk meningkatkan kesadaran ketika anak-anak kurang buang air kecil atau tak bisa buang air kecil sama sekali. Ia menilai setiap kasus kematian anak atau ibu hamil akan jadi cerminan indikator sistem kesehatan di suatu negara.

“Ini mencerminkan lemah bahkan buruk. Ini harus jadi introspeksi dari semua pihak khususnya kemenkes. Di sisi lain ini harus direspons cepat, ini benar. Bicara penyebab tentu kita tak bisa langsung mengumumkan tanpa ada studi, misalnya hanya Covid-19 saja sebagai dampak Long Covid atau obat saya. Atau bisa saja saling berkontribusi. Ini multifaktor ya,” kata Dicky.

Menurutnya untuk mengetahui riwayat dan kondisi penyakit saat ini bukan hanya masalah urine dan darah, bahkan feses anak juga perlu diperiksa. Semua hal yang berpotensi harus dilihat selain konsumsi obat-obatan. Bukan hanya obat batuk, obat penurun demam, bisa banyak kemungkinan.

“Jawabannya akan menunggu data. Saat ini pun di masa yang relatif sama, di Gambia juga terjadi. Dan masih juga ditelusuri penyebabnya. Tentu ini bisa sama bisa tidak,” katanya.(jpc)