Berita Bekasi Nomor Satu

Emosional, Remaja Rentan Kena Hoax

DIEDUKASI: Ratusan pelajar diberi edukasi mengenai literasi digital. IST/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ratusan pelajar diberi edukasi mengenai literasi digital, dua isu utama yang dibawa adalah kabar B bohong (Hoax) dan perlindungan data pribadi. Hasil riset menyebut bahwa remaja kelompok yang mudah percaya dengan hoax lantaran cenderung emosional.

Jawara internet sehat Kota Bekasi, Muhammad Handar mengatakan bahwa edukasi kali ini menyasar kelompok siswa karena rentan terpapar hoax. Selain pelajar, mahasiswa juga menjadi sasaran edukasi untuk meningkatkan indeks literasi digital di Indonesia.

Edukasi kepada kelompok ini dinilai penting lantaran keduanya adalah generasi penerus bangsa yang seharusnya memberikan dampak positif kepada lingkungan. Kedua, edukasi akhir pekan kemarin dilakukan untuk memberikan pemahaman menyeluruh, sehingga kelompok masyarakat ini mampu bijak bermedia sosial dan beretika dalam berinternet.

Terakhir, anak muda diminta mampu untuk berpikir kritis dan menangkal hoax.

“Mengutip dari sebuah laporan UNICEF pada tahun 2021, merujuk pada studi di Jerman tahun 2020, melaporkan bahwa 76 persen dari sekitar dua ribuan anak usia 16 sampai 24 tahun terpapar hoax sekali dalam seminggu,” katanya.

Meskipun dalam survei lain menemukan 60 persen dari masyarakat yang berusia 13-24 tahun atau Gen Z telah memiliki literasi digital cukup tinggi, namun sebagian besar belum memiliki kesadaran pentingnya berdemokrasi dan menjadi netizen yang bijak.

Berdasarkan hasil beberapa studi dan survey yang telah dilakukan menjadi tantangan bagi Gen Z. Terlebih, tidak lama lagi masyarakat akan berhadapan dengan momentum Pemilu di tahun 2024, polarisasi politik di dunia digital perlu disikapi dengan menjadi netizen yang tanggap dan tangguh.

“Konsep euforia dan konsep dunia tanpa batas di internet tak jarang menjebak Gen Z dalan aktivitas kebablasan dan tidak demokratik,” ungkapnya yang juga relawan Mafindo.

Sementara itu, Ketua Bidang Ekonomi dan Perdagangan Tim Walikota Untuk Percepatan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan (TWUP4) Kota Bekasi, Benny Tunggul menyebut data terakhir pengguna internet di Indonesia mencapai 210 juta orang, sebagian besar adalah kelompok masyarakat usia 13-18 tahun. Masalah yang harus dipecahkan adalah memilah informasi yang valid dan bohong.

Ketidakmampuan remaja memilah informasi di dunia digital menggiring mereka pada berita bohong. Sehingga, terjadi fenomena negatif di media sosial, seperti tawuran, hingga aksi bullying dan penghinaan secara terang-terangan di media sosial.

“Fenomena yang terjadi gerakan-gerakan anak-anak muda seperti tawuran, gerakan seperti geng motor, itu dikaitkan dengan informasi-informasi (literasi digital) itu,” ungkapnya.

Fenomena-fenomena ini berpotensi menjadi masalah dengan sangat UU ITE dan perlindungan data pribadi.

Padahal, potensi remaja dalam beraktivitas di dunia digital bisa dikembangkan ke sektor ekonomi. Pihaknya berharap tindak lanjut kegiatan ini bisa dilakukan sampai menciptakan komunitas remaja atau siswa yang cakap dalam literasi digital, serta komunitas entrepreneur di dunia digital.

Sekedar diketahui, kegiatan ini merupakan kerjasama antara ICT Watch dengan Mafindo untuk meningkatkan kapasitas literasi digital masyarakat. Peserta dilatih untuk mengendalikan bias informasi, sehingga tidak terjebak dalam konten yang menimbulkan potensi disinformasi.

Kegiatan di SMK Bina Tunggal Murandika Putra Bekasi ini merupakan kedua kalinya dilaksanakan dengan sasaran pelajar di Kota Bekasi, setelah sebelumnya menyasar mahasiswa. (sur)