RADARBEKASI.ID, BEKASI – Permasalahan sampah di Kabupaten Bekasi kian mengkhawatirkan, dan butuh keseriusan, kerjasama serta kesadaran masyarakat untuk menanggulanginya.
Saat ini, berbagai langkah telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi bersama masyarakat, seperti membangun bank sampah, larangan menggunakan plastik dan program sedekah sampah. Namun semua itu belum membuahkan hasil maksimal.
Di Perumahan Villa Mutiara Gading Timur 1 dan 2, Desa Karangsatria, Tambun Utara, sampah rumah tangga menumpuk menutupi sungai irigasi sepanjang 300 meter, dan sudah bertahun-tahun mengendap.
Salah seorang warga Perumahan Villa Mutiara Gading 2, Misni (60) menceritakan, dirinya pindah ke perumahan itu sejak 15 tahun lalu, namun belum ada sampah yang menutupi sungai irigasi tersebut, dan satu tahun sebelum pandemi Covid-19, sampah mulai muncul terbawa arus sungai.
“Sampah yang menutupi sungai irigasi itu tidak tau asalnya dari mana. Dulu sebelum Covid-19, sudah pernah dilakukan normalisasi, dan tiba-tiba hujan besar, sehingga sampahnya menumpuk disini,” beber Misni, Kamis (23/2).
Selain menumpuk menutupi sungai irigasi, sampah rumah tangga bercampur eceng gondok itu menimbulkan aroma tidak sedap, apalagi saat hujan turun.
“Sampah yang berada di aliran irigasi itu panjangnya mencapai 300 meter. Kalau musim hujan, bau banget,” ucapnya.
Pantauan Radar Bekasi, aliran sungai irigasi ini melintang dari Jalan Agus Salim, Bekasi Timur melintasi wilayah Tambun Utara, dan bermuara di Sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL).
Misni berharap, Pemkab Bekasi dapat bekerja sama dengan pihak swasta untuk membangun penyekatan menggunakan jaring di setiap perbatasan wilayah.
“Mudah-mudahan ada solusinya, seperti pembuatan jaring di perbatasan sungai, agar lebih dambang membersihkan pada saat kerja bakti,” tuturnya.
Sementara Penjabat (Pj) Bupati Bekasi, Dani Ramdan menjelaskan, selain musim hujan, kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng yang kepenuhan (overload) menjadi salah satu penyebab maraknya sampah di aliran sungai.
“Kami sudah berupaya melakukan pengerukan sampah di sungai, dan hampir setiap Sabtu dan Minggu, tapi karena sampahnya tidak berkurang, apalagi musim hujan, masyarakat dan pedagang memanfaatkan untuk membuang ke sungai,” beber Dani.
Melihat kondisi TPA Burangkeng yang masih belum maksimal menampung sampah, ia menyarankan kepada masyarakat, untuk lebih peka dalam memilah sampah, baik yang bisa dimanfaatkan atau tidak.
“Kunci dari penanggulangan sampah itu bukan membuat TPA baru, atau truk baru, tetapi cara mengurangi sampah dari sumbernya, dengan menerapkan 3R, yakni Reduce, membatasi penggunaan produk yang menghasilkan sampah, Reuse, menggunakan kembali produk yang layak pakai, dan Recycle mendaur ulang,” terang Dani. (ris)