Berita Bekasi Nomor Satu

Tiga Makna dari Malam Seribu Bulan  

Pengasuh Yayasan Al-Khairiyah Al Majidiyah Jatibening, Shohibul Wafa Tajul Arifin

RADARBEKAS.ID, BEKASI – Malam seribu bulan atau malam lailatulqadar menurut Al-Qur’an terbagi menjadi tiga makna. Pengasuh Yayasan Al-Khairiyah Al Majidiyah Jatibening, Shohibul Wafa Tajul Arifin menjelaskan, bahwa makna pertama dalam malam Lailatulqadar ialah kepastian.

“Di dalam surat Al Ahzab ayat 38, dikatakan bahwa perintah Allah itu bersifat pasti, sehingga dalam Ramadan malam-malam nya adalah ibadah dan semua itu adalah perintah agar kita dapat menghidupkan malam-malam di bulan Ramadan agar kita bisa masuk ke dalam kelompok orang-orang yang bahagia dan di ijabah,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Rabu (12/4/2023).

 

Kemudian makna kedua dalam Al Qadar adalah mulia. Kemuliaan seseorang sering sekali terlihat dari karakter dan pembawaanya.

 

“Sehingga kata karim menjadi bagian dari doa yang kita minta, orang yang mulia bukanlah semata-mata mereka yang kaya raya. Tapi orang mulia adalah orang yang bisa memanfaatkan sisa umur yang ada dengan kebaikan. Adanya malam lailatulqadar menjadi barometer kesungguhan orang-orang yang ingin menjadi mulia, baik di dunia maupun di akhirat,” jelasnya.

BACA JUGA: Hidupkan Pengujung Ramadan via “Berburu” Lailatulqadar

Sementara makna ketiga adalah Al Qadar berarti sempit. Maksud dari sempit di sini ialah Allah SWT hanya memberikan waktu yang terbatas atau sempit sekali bagi hambanya yang ingin mendapatkan lailatulqadar.

 

“Sehingga Rasulullah SAW dalam persepuluh akhir bulan Ramadan mengajak keluarganya dan sahabatnya untuk beritikaf agar dapat meraih keistimewaan di malam bulan Ramadan. Bayangkan, sosok yang maksum seperti Rasulullah SAW saja masih mengejar keutamaan malam lailatulqadar. Kita harusnya malu mengetahui ini,” tuturnya.

Sehingga ada doa yang langsung diberikan dari rasulullah, sehingga dengan doa tersebut kita sudah meminta semua yang ada dengan kebaikan Allah yang Maha Pemaaf.(dew)