RADARBEKASI.ID, BEKASI – Partai Buruh belum mau menyatakan sikap politiknya terkait dukungan pada Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2024.
“Belum ada kesepakatan untuk mendukung Capres,” ujar Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Exco Nasional Partai Buruh, Amir Mahfud, kepada Radar Bekasi, Selasa (2/5/2023).
Pernyataan Amir kepada wartawan koran ini sekaligus membantah isu adanya dukungan Partai Buruh kepada Ganjar Pranowo. Isu itu merujuk pada pertemuan petinggi Partai Buruh dengan Ganjar pada momentum Hari Buruh Internasional, Senin (1/5/2023) kemarin.
Amir menyatakan, pertemuan antara pimpinan Partai Buruh beserta pimpinan KSPSI merupakan penjajakan kepada sosok yang sudah dideklarasikan sebagai Capres 2024. Karena sebelum bertemu dengan Ganjar Pranowo, partainya juga sudah melakukan penjajakan kepada Anies Baswedan.
“Kalau itu bahasanya, yang namanya partai politik ada hubungannya dengan Pilpres. Sebelumnya dengan bapa Anies. Kemudian ketika PDIP memberikan rekomendasi ke Ganjar, kita berkomunikasi. Baru sebatas komunikasi politik,” ucapnya.
BACA JUGA: May Day jadi Momentum Utama Partai Buruh
Dirinya memastikan, partainya tidak akan mendukung Capres yang pro dengan Omnibus Law.
“Kita tidak akan mendukung yang pro Omnibus Law. Kalau nanti nggak ada kesepakatan tentang yang kita inginkan, ngapain dukung Ganjar,” tukasnya.
Sementara itu, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea mengklaim, banyak organisasi buruh di bawah KSPSI yang akan habis-habisan mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. Andi menyampaikan hal ini saat hendak bertemu Ganjar di Kantor Perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di kawasan Kebayoran, Jakarta, Senin (1/5/2023).
“Saya harus berterus terang, (KSPSI) sebagai konfederasi buruh terbesar di Indonesia akan all out mendukung Pak Ganjar Pranowo,” kata Andi kepada wartawan.
Andi menyebutkan, KSPSI punya alasan kuat untuk mendukung Ganjar. Menurut dia, Ganjar merupakan seorang kepala daerah yang berani menemui dan mendengarkan langsung aspirasi buruh di jalanan. Menurutnya, Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang berani berdialog dan bertanya langsung kepada para buruh.
“Kita harus jujur dari hati, ada enggak sih pemimpin yang mau menemui rakyatnya di tengah jalan, berdialog, mendengarkan di tengah hujan, nggak ada,” ungkapnya. (pra)