Berita Bekasi Nomor Satu

Warga Blokir Akses Truk ke Proyek Tol Japek Selatan

BLOKIR JALAN: Sejumlah warga memblokir Jalan Sukamukti yang kerap dilalui truk pengangkut tanah proyek Tol Japek Selatan, di Desa Sukamukti, Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Selasa (6/6). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Puluhan ibu-ibu rumah tangga menggeruduk dan memblokir akses jalan truk proyek pembangunan Tol Jakarta Cikampek (Japek) Selatan, di Kampung Galang, Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu Kabupaten Bekasi, Selasa (6/6).

Aksi puluhan dari kaum “Hawa” tersebut, karena kesal lantaran lalu lalang truk pengangkut tanah yang beroperasi hingga pukul 23.00 WIB, sehingga mengganggu waktu istirahat warga.

Salah satu warga, Inem, yang mengikuti aksi mengatakan, sangat geram dengan suara bising dari truk yang melintas hingga tengah malam, ketika ia bersama keluarganya ingin beristirahat. Selain suara bising, rumahnya juga ikut bergetar.

“Kami sengaja melakukan aksi demo dan memblokir jalan truk menuju proyek, supaya tidak bisa lewat. Kesal, truk bertonase berat itu beroperasi sampai tengah malam, dan rumah sampai bergetar, mau tidur susah, karena takut roboh,” ucap Inem di lokasi.

Warga lainnya, Eneng pun mengeluhkan hal yang serupa. Dirinya mengungkapkan, bahwa truk-truk pengangkut tanah proyek pembangunan Tol Japek Selatan itu, beroperasi mulai pukul 07.00 WIB hingga 23.00 WIB. Selain itu, jalan kampung yang menjadi akses satu-satunya warga, menjadi kotor dan licin akibat dilalui puluhan truk tanah.

“Soalnya, truk pengangkut tanah itu beroperasi sampai pukul 23.00 WIB. Apalagi rumah saya dekat banget dengan jalan yang dilalui truk tersebut, sampe bergetar. Udah gitu, jika kondisi hujan, saat menikung takut licin, dan menabrak rumah. Untungnya belum ada korban yang jatuh. Disini juga kan banyak anak-anak yang hendak berangkat sekolah, dan satu-satunya akses jalan warga,” beber Eneng.

Dari pantauan Radar Bekasi, aksi penutupan akses jalan pembangunan Tol Japek Selatan itu, dilakukan di Jalan Sukamukti dan didominasi oleh ibu-ibu. Ada juga anak-anak hingga orang dewasa, dan menghampiri truk dan alat berat yang masih beroperasi dan berusaha mengusirnya.

Sementara untuk alat berat, dinaiki warga di perbatasan jalan desa, supaya tidak bisa beroperasi. Tidak mau ketinggalan, para anak-anak kecil menaruh ban bekas di tengah jalan, agar truk tanah tidak dapat melintas.

Warga berharap, jam operasional truk-truk tanah tersebut bisa dikurangi hingga sore hari. Dan warga juga menginginkan, adanya uang kompensasi seperti yang dijanjikan pihak kontraktor satu bulan yang lalu. Padahal menurut Eneng, warga sudah didata untuk mendapatkan uang kompensasi.

“Kami mendesak agar pihak kontraktor mengurangi waktu operasional truk pengangkut tanah sampai pukul 19.00 WIB. Selain itu, uang kompensasi yang sudah didata, belum juga turun hingga saat ini,” sesal Eneng. (ris)