RADARBEKASI.ID, BEKASI – Bisa menyumbangkan Pendapatan Asli Desa (PADes) adalah catatan baik bagi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), apalagi bisa menjadi yang terbesar se Kabupaten atau Kota. Capaian ini berhasil dicatatkan oleh BUMDes Pasirgombong pada tahun 2022 lalu, lewat beberapa bidang unit usaha yang dijalankan.
Laporan : Surya Bagus
CIKARANG UTARA
Situasi di Kantor Desa Pasir Gombong nampak lengang, cukup mengurangi penat di tengah terik matahari siang. Radar Bekasi menjumpai Direktur BUMDes Pasirgombong, Burhanudin di ruangannya, Kamis (10/8).
Tepat berhadapan dengan ruangan BUMDes, terdapat ruang kerja konveksi, di dalamnya nampak tumpukan limbah kain dan mesin jahit bersama dengan beberapa pekerja di dalamnya. Dua ruangan ini berada di satu area dengan ruangan lain, seperti karang taruna, PKK dan lainnya.
Total ada lima orang pengurus BUMDes, tiga pengurus inti sebagai Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, dua lainnya masing-masing koordinator unit usaha konveksi serta unit usaha perdagangan dan jasa. Mereka adalah sosok dibalik capaian Bumdes Pasirgombong hingga menyumbangkan PADes Rp200 juta pada tahun 2022.
Capaian dalam dua tahun terakhir tidak diraih semudah membalikkan telapak tangan, perlu inovasi dan kolaborasi untuk mewujudkannya. Burhanudin menyadari bahwa tempatnya kelahirannya ini hampir 70 persen wilayahnya adalah kawasan industri.
Dari total 400 hektar luas wilayah Desa Pasirgombong, 300 adalah kawasan Industri. Dari sini lah inovasi muncul, jalan yang ia pilih adalah dengan berkolaborasi dengan ratusan perusahaan.
“BUMDes Desa Pasirgombong itu berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan industri, khususnya di zona yang ruang lingkupnya di Desa Pasirgombong,” katanya.
Memang belum semua perusahaan menjalin kerjasama dengan BUMDES, baru 20 persen dari total 400 perusahaan. Kerjasama pengelolaan limbah perusahaan dirajut sejak ia menjabat sebagai Direktur BUMDes pada 2018 silam, berbagai jenis limbah dikelola mulai dari limbah scrap, pallet, plastik, hingga tekstil.
Awal memulai kerjasama pengelolaan limbah, miskomunikasi diakui beberapa kali terjadi dengan kelompok masyarakat yang ingin atau sudah lebih dulu mengelola limbah perusahaan. Namun, saat ini disebut sudah berjalan baik, kuncinya adalah saling berbagi, tidak memaksakan diri untuk menguasai seluruhnya.
Dibutuhkan setidaknya 8 tenaga untuk sekali mengangkut limbah dari perusahaan. Tenaga didapat dari masyarakat yang ikut mengangkut limbah, diberi honor setiap satu kali mengangkut limbah.
“Alhamdulillah sudah tercipta sekarang keharmonisannya, pada intinya kita harus berbagi. Terkadang ada salah satu perusahaan itu di Rolling, satu bulan BUMDes, satu bulan kelompok masyarakat,” ungkapnya.
Unit usaha pengelolaan limbah ini adalah upaya memaksimalkan potensi wilayah, di samping ada unit usaha lain yang dijalankan oleh BUMDes Pasirgombong yakni menghasilkan konveksi. Unit usaha tersebut menghasilkan pakaian untuk dijual, termasuk masker pada saat Pandemi Covid-19.
Uniknya, barang hasil produksi ini merupakan olahan limbah tekstil yang diangkut dari perusahaan. Selain dijual kepada masyarakat, konveksi BUMDes juga mengerjakan pesanan dari perusahaan berupa pakaian seragam karyawan dan lain-lain untuk menjaga unit usaha tetap bisa bertahan dan menghasilkan pendapatan.
“Itu sih khusus (pemasaran kepada masyarakat), misalkan untuk hari raya Idul Fitri itu sudah mayoritas baju Koko warga Pasirgombong hasil BUMDes semua,” ucapannya.
Pada unit usaha lain, yakni di sektor jasa, BUMDes berbekal komunikasi dan kolaborasi dengan setiap perusahaan menjalankan bisnis penyediaan material pembangunan. Dari ketiga unit usaha ini, pengelolaan limbah adalah penghasil pendapatan terbesar.
Upaya lain yang dilakukan untuk membantu peningkatan ekonomi masyarakat adalah dengan cara menyalurkan tenaga kerja ke perusahaan yang ada di lingkungan sekitar. Kepada Radar Bekasi ia meyakinkan bahwa penyaluran tenaga kerja bagi masyarakat lokal ini tidak dipungut biaya apapun.
Layaknya badan usaha milik pemerintah lainnya, BUMDes memungkinkan untuk mendapat suntikan penyertaan modal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Selama empat tahun terakhir Burhanudin menjabat, tiga tahun ia tidak lagi meminta penyertaan modal.
Penyertaan modal tersebut hanya didapatkan pada tahun pertama menjabat pada tahun 2018 sebesar Rp75 juta. Sementara tahun-tahun berikutnya, operasional dibiayai dari hasil usaha.
Sisa jabatannya hanya tersisa satu tahun sebelum berakhir bersamaan dengan kepala desa. Ia berharap, pengurus BUMDes selanjutnya bisa meneruskan aktivitas unit usaha yang telah berjalan dan menghasilkan PADes.
“Mudah-mudahan kalau satu tahun lagi (habis masa jabatan) kita tidak lagi sebagai ketua BUMDes, harapan kita pengurus kita bisa melanjutkan kembali,” tambahnya.
Kepada Radar Bekasi ia menyebut dua kunci keberhasilan BUMDes dalam menjalankan unit usaha. Pertama, keharmonisan antara Direktur atau ketua BUMDes dengan Komisaris dalam hal ini kepala desa, hal ini akan memudahkan BUMDes mencapai tujuan.
Kedua, latar belakang direktur, untuk memperoleh pendapatan, ia menilai penting direktur BUMDes memiliki latar belakang pelaku usaha. Seperti diketahui, Burhanudin juga memiliki latar belakang pengusaha di bidang ekspedisi.
Tahun 2022 lalu, setidaknya ada tiga BUMDES dengan omset tinggi. BUMDes Pasirgombong menjadi yang terbesar dengan catatan sumbangan PAD Rp200 juta pertahun, disusul oleh BUMDes Mekarmukti, Kecamatan Cikarang Utara dengan sumbangan PAD Rp30 per tahun, serta BUMDes Gatot Kaca, Desa Karangraharja dengan sumbangan PAD Rp10 juta per tahun. (*)