RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, mengungkapkan, terpilihnya Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan tidak akan terlalu memengaruhi poros politik lain. Sebab, elektabilitas Anies dalam berbagai survei selalu yang paling buncit di antara dua bacapres lain.
Adi menambahkan, dalam survei yang dilakukan Parameter Politik Indonesia terhadap Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin, suara atau elektabilitas politikus kelahiran Jombang, Jawa Timur, itu hanya 1 persen.
Berbeda dengan suara dari partai yang dipimpinnya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang mencapai 8 persen hingga 9 persen. ”Artinya, pemilih PKB saja sebanyak 7 persen hingga 8 persen tidak memilih Cak Imin,” urainya.
BACA JUGA: Ini Alasan NasDem Pilih Cak Imin, Perkuat Suara Jateng dan Jatim
Memang Cak Imin bisa diharapkan sebagai representasi Jawa Timur dan Nahdlatul Ulama. Namun, lanjut Adi, apakah realitasnya begitu, belum tentu. ”Yang pasti, PR (pekerjaan rumah) besar Cak Imin adalah membuat 8 persen suara PKB memilihnya,” jelasnya.
Dia menambahkan, PR itu bakal bertambah jika dikaitkan dengan sejarah relasi Cak Imin dengan sang paman, Abdurrahman ”Gus Dur” Wahid. ”Itu bisa menjadi rintangan-rintangan yang cukup berarti bagi Anies dan Cak Imin,” katanya kemarin (1/9/9/2023).
Terpisah, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro berpendapat, terpilihnya Cak Imin sebagai cawapres Anies sedikit banyak bakal memengaruhi poros lain. Sangat mungkin kedua capres lain, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, akan berebut sosok cawapres yang merepresentasikan nahdliyin dan Jawa Timur. Di antaranya, Khofifah, Mahfud MD, dan Yenny Wahid.
BACA JUGA: Respons Anies Baswedan Soal Demokrat Keluar Barisan Koalisi KPP
Terpilihnya Cak Imin sebagai cawapres Anies juga berpotensi memicu terciptanya poros baru. Bisa jadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat, jika sama-sama merasa dikecewakan karena cawapres jagoan mereka tak terakomodasi, akan bergandengan tangan.
Tapi, lanjut Agung, poros baru tersebut perlu bekerja keras karena memulai semua dari awal. ”Ada peluang, tapi kecil. Bisa jadi hanya pelengkap,” terangnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Airlangga Fahrul Muzaqqi mengatakan, bergabungnya Anies-Cak Imin akan menjadi ujian bagi koalisi. Khususnya pada September ini, mendekati pendaftaran capres-cawapres. ”Dan ini menjadi bukti bahwa koalisi saat ini belum solid betul,” paparnya dikutip dari Jawa Pos.
BACA JUGA: Demokrat Keluar Koalisi KPP, Surya Paloh: Apa Yang Terbaik Bagi Demokrat, Kami Hormati
Partai-partai saat ini, pada dasarnya, masih berada di tahap penjajakan. Fahrul menjabarkan, jika koalisi yang digalang Nasdem, PKS, dan Demokrat buyar, ada kans Demokrat dan PKS berlabuh mendukung Prabowo. Menurut dia, dukungan itu lebih mungkin daripada keduanya berlabuh ke PDI Perjuangan yang mengusung Ganjar Pranowo.
Demokrat ke Ganjar sulit terealisasi karena komunikasi pucuk pimpinan kedua parpol tidak erat. Sementara itu, PKS menjadi parpol oposisi selama PDIP memenangi kontestasi pilpres dua periode. ”Karena itu, kans kedua parpol merapat ke Prabowo lebih besar,” ujarnya. (jpc)