Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Bekasi Darurat Bencana Kekeringan

Puluhan Ribu Warga Terdampak, Status Bencana Naik

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Bekasi masih harus melewati Hari Tanpa Hujan (HTH) di sepanjang bulan September ini. Kota maupun Kabupaten Bekasi menghadapi persoalannya masing-masing selama musim kemarau, sumber air bersih warga puluhan desa kering hingga sumber air baku Perumda tidak bisa diproduksi lantaran kandungan limbah dalam air baku sangat dominan.

Dua persoalan ini mesti ditangani oleh kedua Pemerintah Daerah (Pemda), baik kota maupun kabupaten Bekasi. Bulan September ini, hasil analisis dinamika Atmosfer skala lokal maupun regional belum menunjukkan pengaruh besar pada pertumbuhan curah hujan di wilayah Bekasi dan sekitarnya.

“Cuaca di wilayah Bekasi dan sekitarnya pada bulan September di prakirakan umumnya masih cerah sampai cerah berawan sepanjang hari,” papar Senior Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Iqbal Fathoni, Senin (4/9).

Berdasarkan jumlah ZOM kata Iqbal, 79 persen wilayah Indonesia masuk musim kemarau, termasuk sebagian besar wilayah Jawa. Wilayah Indonesia pada dasarian 1 sampai 3 bulan September ini diprediksi curah hujan berada pada kriteria rendah sampai menengah, atau 0 sampai 75 mm per dasarian.

“Pulau Jawa, termasuk Bekasi merupakan salah satu wilayah yang diprediksi mengalami hujan kategori rendah (<50 mm/dasarian),” tambahnya.

Produksi air bersih Perumda Tirta Patriot satu bulan kemarin kemarin sempat berhenti dua kali, pertengahan dan akhir bulan Agustus. Diketahui, kandungan limbah pada aliran Kali Bekasi sangat dominan jika dalam tujuh hari wilayah sepanjang aliran kali tidak diguyur hujan.

Akibatnya, 60 ribu pelanggan terdampak, air sama sekali tidak mengalir dialami oleh sebagian pelanggan. Solusi jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan air bersih pelanggan dilakukan dengan cara distribusi menggunakan mobil tangki, sedangkan untuk jangka panjang Pemkot Bekasi berencana membangun pipa untuk mengalirkan sumber air baku dari Kalimalang sekaligus menaikkan debit dari 300 liter per detik menjadi 500 hingga 600 liter per detik.

Sejak pertengahan Agustus lalu, pemerintah kota meminta kepada masyarakat untuk menghemat air bersih, serta menjaga persediaannya.

“Pasti, sejak awal begitu kita kekurangan air dari Kali Bekasi, kita minta masyarakat menggunakannya secara efisien dan digunakan untuk hal-hal yang betul-betul penting,” ungkap Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto.

Sejak bulan Juli lalu, sudah tidak turun hujan di wilayah Bekasi. Cuaca siang hari relatif panas, hingga memasuki bulan Agustus air Kali Bekasi mulai dominan hitam, berbusa, dan mengeluarkan bau tidak sedap.

Meskipun demikian, sejauh ini belum terdengar sumur bor di rumah-rumah warga kekeringan, atau tidak mengeluarkan air sama sekali. Tri berencana untuk memastikan tidak ada warga yang kesulitan air bersih akibat kemarau tahun ini.

“Saya belum dapat (kabar sumber air warga kering) ya, coba nanti saya cek kembali teman-teman di kecamatan,” tambahnya.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) telah menaikkan status darurat bencana kekeringan dari siaga menjadi tanggap sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Bekasi nomor HK.02.02/Kep.567-BPBD/2023 menyusul kekeringan semakin meluas.

Akhir pekan kemarin, total 25.204 jiwa atau 6.675 Kepala Keluarga (KK) terdampak bencana kekeringan. Terdata bencana kekeringan melanda 23 desa di sembilan kecamatan di wilayah Kabupaten Bekasi.

Penetapan status tanggap bencana ini dilakukan untuk memudahkan penanganan. Pasalnya, segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan keputusan ini dibebankan pada Anggaran Penanggulangan Bencana Daerah (APBD) maupun sumber lainnya.

“Dengan status tanggap darurat kita bisa menggunakan dana BTT, baik yang berasal dari APBD Kabupaten Bekasi, maupun bantuan APBD Provinsi dan APBN,” kata Pj Bupati Bekasi, Dani Ramdan.

Status tanggap darurat berlaku 14 hari, terhitung sejak 31 Agustus. Menghadapi kondisi ini, Pemkab menyiapkan dana Rp6 miliar untuk mengatasi kekeringan, untuk pemasangan 2000 jaringan layanan air bersih bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang terdampak kekeringan.

“(Pemasangan saluran air bersih baru) pada wilayah yang terdampak kekeringan. Pelaksanaannya akan bekerjasama dengan perangkat desa,” tambahnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi saat ini tengah mengoptimalkan pendataan warga terdampak, hingga pendistribusian air bersih kepada masyarakat. Sebanyak 30 ribu liter air bersih didistribusikan kepada warga setiap hari, sejak pekan lalu.

“Sampai saat ini sudah 375 liter yang didistribusikan,” ungkap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bekasi, Dodi Supriyadi.

Sementara ini, kebutuhan utama warga hasil pemetaan diantaranya air bersih, bak penampungan, jerigen air, hingga permintaan sambungan air bersih. (sur)