RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat ada sebanyak 8.216 kasus tuberkulosis (TBC) di Kota Bekasi terdeteksi periode Januari sampai Juli 2023. Jumlah tersebut didapat dari laporan Puskesmas dan Rumah Sakit (RS), masing-masing 1.867 dan 6.349 kasus. Dari total kasus yang ditemukan, 1.359 adalah kategori anak.
Ketidakpatuhan penderita tuberkulosis (TBC) mengkonsumsi obat secara teratur menjadi permasalahan percepatan penyembuhan penyakit menular ini. Dari delapan ribu kasus TBC,1.303 diantaranya putus obat.
“Sehingga secara keseluruhan 8.216 kasus TBC yang ada di Kota Bekasi,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Tanti Rohilawati.
Salah satu tantangan untuk eliminasi TBC ini kata dia, ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Diketahui, penyembuhan pasien TBC ini dilakukan dengan mengkonsumsi obat secara teratur selama enam sampai satu tahun.
Sedangkan satu hari saja tidak mengkonsumsi obat, pasien harus mengulang pengobatan dari awal, atau nol hari meminum obat. Jumlah pasien putus obat yang ditangani Puskesmas sebanyak 171, sedangkan di RS sebanyak 1.132 pasien.
“Jadi ada banyak yang putus obat, ini lah yang menjadi kendala. Kenapa percepatan penyembuhannya agak telat ?, karena dalam pola perilaku mengkonsumsi obatnya itu yang tidak disiplin,” ucapnya.
Terhadap kondisi ini, ia meminta kepada pasien yang tengah menjalani pengobatan untuk disiplin meminum obat, serta dukungan dari lingkungan sekitar untuk mengingatkan pasien meminum obat.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan paket pengobatan di Puskesmas. Warga bisa mendapatkannya secara rutin, selain mengakses obat di RS secara mandiri.
Setelah mengkonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu, pasien kembali dilakukan pemeriksaan hingga dinyatakan sembuh. Guna memastikan pasien meminum obat secara rutin, Dinkes bekerjasama dengan seluruh petugas Puskesmas, serta tim yang telah dibentuk di masing-masing wilayah.
“Itu makanya kita memerlukan bantuan dari teman-teman yang ada di Puskesmas, itu sekarang ada timnya di masing-masing wilayah, gunanya adalah untuk melakukan pemantauan terkait dengan konsumsi obat si pasien,” tambahnya. (sur)