RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pencemaran limbah di Kali Bekasi tidak hanya berdampak terhadap terganggunya distribusi air bersih. Namun berimbas kepada kesehatan masyarakat. Sejumlah warga yang tinggal di sekitar Kali Bekasi mengaku menderita penyakit kulit seperti gatal-gatal.
Ya, tuntutan kepada pemerintah untuk menuntaskan pencemaran di Kali Bekasi tampaknya makin benar-benar serius untuk dilakukan. Selain merusak lingkungan, secara ekonomi merugikan masyarakat dan perusahaan milik daerah, juga mengganggu kesehatan warga.
Pencemaran yang terjadi terakhir kali benar-benar memprihatinkan. Bagaimana tidak, Kali Bekasi yang seharusnya berkapasitas 700 liter air per detik, saat ini hanya tinggal tiga liter per detik, kondisi ini membuat limbah sangat dominan.
Salah satu warga Bulak Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Nur Hidayati mengatakan bahwa hampir dua pekan ini kulitnya merasakan gatal-gatal. Setelah berobat ke salah satu Rumah Sakit (RS), pasien yang datang dengan keluhan serupa tidak hanya ia saja.
Awalnya, ia sempat menyangka apa yang ia alami adalah dampak dari kualitas udara yang kotor. Namun, setelah berobat, dokter justru menyarankan agar ia tidak menggunakan air PDAM untuk mandi.
“Dari yang pertama kena limbah itu katanya, itu sudah mulai gatal-gatal, tapi saya pikir karena udara yang kotor ya. Terus saya ke dokter, kata dokter umum saya nggak boleh mandi air PAM,” katanya, Senin (18/9).
Sejak saat itu, ia memilih untuk membeli air isi ulang untuk keperluan mandi keluarganya, dari seluruh anggota keluarga hanya ia saja yang merasakan gatal-gatal. Sekali membeli air isi ulang, biaya yang ia keluarkan berkisar Rp 10 ribu, penggunaan air benar-benar ditekan agar pengeluaran tidak membengkak.
Sudah berpindah menggunakan air isi ulang, gatal-gatal di kulitnya tidak kunjung sembuh, hingga meninggalkan bekas bintik kemerahan. Akhirnya, ia memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit, sampai kemarin ia masih mengkonsumsi obat dan menggunakan obat oles.
Tiga kali berobat, ia menghabiskan uang hampir Rp2 juta. Saat ini, ia menggunakan air tanah, memilih untuk membangun sumur bor dan tidak lagi menggunakan air PAM lantaran merasa dirugikan.”Ini agak mendingan, tapi ya belum sembuh 100 persen. (Keluhan) gatal, kalau malam tidur nggak sadar garuk, tau-tau udah lecet semua,” ucapnya.
Ia berharap ada solusi dan kompensasi kepada pelanggan, berupa potongan tagihan biaya air.
Kemarin, air di rumah sejumlah pelanggan sudah mengalir, hanya saja kondisi airnya keruh. Menurunnya kualitas air bersih membuat pelanggan berharap pencemaran tidak lagi terjadi di Kali Bekasi.
“Kali Bekasinya semoga tidak tercemar lagi, dan gimana caranya baik sampah maupun hal-hal yang membuat kali tercemar sehingga distribusi air PDAM tercemar juga ke seluruh warga yang menggunakan,” kata pelanggan lain di wilayah Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Indri (24).
Terhadap situasi yang saat ini terjadi, Dirut Perumda Tirta Patriot, Imam Ali Faryadi membeberkan bahwa karakteristik limbah yang mencemari Kali Bekasi berbeda-beda, pencemaran setidaknya sudah terjadi enam kali belakangan ini. Bahkan, pencemaran yang terjadi terakhir kali membuat air baku sama sekali tidak bisa diproduksi, meskipun sudah dicampur dengan air Kalimalang.
Ia memastikan bahwa air baku sebelum diolah telah melalui pemeriksaan laboratorium hingga dipastikan air sudah sesuai standar. Terkait dengan keluhan gatal-gatal yang dialami oleh warga, ia menyebut pihaknya siap bertanggung jawab jika dipastikan akibat dari air bersih yang didistribusikan oleh Perumda Tirta Patriot.
“Yang penyakit kulit tidak apa-apa di sampaikan ke kami, dan pasti kita tanggungjawab kalau betul itu dari kami,” ungkapnya.
Terkait dengan permintaan kompensasi hingga potongan tarif dari pelanggan, Imam mengatakan bahwa pihaknya telah membahas hal tersebut dalam dapat direksi. Salah opsi yang dibahas adalah pembebasan denda pembayaran pada bulan September ini, artinya warga tidak akan dikenakan denda jika mengalami keterlambatan pembayaran satu hingga dua bulan berikutnya.
Termasuk pemberian potongan tarif, masih dalam pembahasan lantaran Perumda Tirta Patriot mengalami penurunan pendapatan pada bulan Agustus lalu.”Lagi coba kita gali kira-kira kompensasi apa yang pas agar ini menjadi bagian dari kepedulian kami terhadap pelanggan yang memang mendapatkan satu gangguan layanan,” ungkapnya.
Keluhan dari pelanggan dirasakan oleh Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto dia akun media sosial miliknya, dihujani ratusan komentar warganet terkait dengan distribusi air bersih. Hal ini disampaikan pada saat memberikan sambutan pada kegiatan Launching perencanaan pemindahan Intake air baku Perumda Tirta Patriot pada saluran palanta sore kemarin.
Sejak pemisahan aset antara Tirta Patriot dengan Tirta Bhagasasi, tidak pelanggan Perumda Tirta Patriot saat ini seluruhnya 61 ribu. Dengan asumsi satu kepala keluarga berisi empat orang, maka dampak dari pencemaran air Kali Bekasi ini diperkirakan mencapai 240 ribu jiwa.
“Luar biasa, itu kota dan kabupaten. Jadi oleh karena itu saya hari ini agak rawan juga kalau membuka yang namanya Instagram, komentarnya banyak banget hari ini,” katanya.
Pemerintah bukan tidak berupaya kata Tri, pemindahan Intake air baku ini merupakan salah satu solusi permanen agar Perumda Tirta Patriot tak lagi bergantung pada air Kali Bekasi. Untuk membangun jaringan pipa dari Kalimalang menuju Perumda Tirta Patriot, Pemkot Bekasi tengah mengalokasikan Rp 35 miliar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) perubahan.
Dalam pelaksanaannya, kesulitan dialami saat jaringan pipa harus melintasi rel kereta api, dibutuhkan saluran bawah tanah atau Crossing. Berikutnya adalah dampak lalu lintas selama pekerjaan berlangsung, sehingga dibutuhkan kehati-hatian, profesionalisme, dan percepatan dalam hal ini.
“Kita akan pakai Crossing, dan harapannya adalah percepatan, pasti akan mengganggu lalu lintas yang ada,” tambahnya.
Sementara itu, Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti mengatakan bahwa pemindahan Intake air baku urgent untuk dilakukan guna memenuhi kebutuhan pelayanan air bersih.
Selain kondisi air Kali Bekasi yang saat ini tercemar, tambahan air baku juga diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan air bersih bagi warga Kota Bekasi. Pasalnya, jangkauan pelayanan air bersih saat ini masih jauh dari target, diangkat 26 sampai 29 persen.
“Jadi mau nggak mau nanti ada tambahan dari SPAM Jatiluhur 300 liter per detik, dan nanti pak wali kota akan menambah lagi ini (jaringan yang akan dibangun), sehingga pelayanan yang ada di Kota Bekasi ini bisa bertambah,” ungkapnya.
Terkait dengan kondisi Kali Bekasi, ia mengatakan saat ini debit air Kali Bekasi hanya tiga liter per detik, jauh dari kapasitas kali yang seharusnya 700 liter per detik. Sehingga, kondisi ini menyebabkan pencemaran semakin parah, kondisi air makin hitam pekat.
Untuk memperbaiki lingkungan, ia mengingatkan agar tidak ada lagi air yang terbuang ke saluran air atau Zero Run Off, dengan cara tidak membangun area permukiman seluruhnya dengan beton. Sehingga air dapat tersimpan di dalam tanah, tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, atau bencana banjir pada musim penghujan.
Terkait dengan tindak lanjut pencemaran, ia menyebut diperlukan peran semua pihak mulai dari pemerintah daerah hingga pemerintah pusat dalam hal ini kementerian.”Koordinasinya masih harus di tingkat pusat ya, tapi daerah pun juga sebenarnya bisa langsung ke (kementerian) lingkungan hidup,” tambahnya.
Sekedar diketahui, Pemerintah Kota Bekasi telah melaporkan pencemaran yang terjadi di Kota Bekasi kepada pemerintah provinsi Jawa Barat hingga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), bahkan informasi terakhir ada tiga perusahaan yang sanksinya masuk dalam ranah pidana. Namun, sampai dengan kemarin Kali Bekasi masih didominasi limbah, tidak kunjung membaik. (sur)