RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan, memaksa warga Kabupaten Bekasi memutar otak mencari air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baik dari bantuan tetangga, pihak swasta, pemerintah setempat hingga mengambil air di sungai dan mengais dari kubangan.
Sejak Minggu (26/9), warga berbondong-bondong mendatangi proyek perbaikan pipa PDAM Tirta Bhagasasi, di Desa Setiamulya, Kecamatan Tarumajaya.
Warga tersebut membawa sejumlah wadah, mulai dari ember, jerigen, galon hingga drum untuk mengambil air yang bocor di proyek tersebut. Kondisi itu terpaksa mereka lakukan, karena sulitnya mendapatkan air.
“Ya mau gimana lagi, ini sudah dua minggu air nggak keluar. Susah dapat airnya, adanya disini,” kata salah satu warga Tarumajaya, Inah (65) saat mengambil air menggunakan galon, di kubangan, Selasa (26/9).
Ia mengaku telah dua kali mengambil air di proyek perbaikan pipa yang bocor tersebut. Sejak semalam hingga sekarang, sudah sembilan galon air yang diambilnya dari proyek perbaikan pipa itu.
“Semalam empat galon, sekarang lima galon,” beber Inah.
Tak hanya Inah, Taufik (48) yang sehari-harinya dagang martabak itu juga terpaksa mengambil air dari kubangan tersebut. Taufik menggunakan air yang diambilnya ini untuk keperluan mencuci.
“Sebelumnya ngambil di kali, tapi airnya sudah mulai sedikit. Dengan adanya di sini, saya ambil saja buat nyuci,” ujar Taufik.
Pantauan Radar Bekasi, proyek perbaikan pipa itu tepat di pinggir Jalan Raya Tarumajaya, depan Perumahan Bali Indah, dan ditutup oleh partisi besi di sekelilingnya. Proyek galian itu bocor dan mengeluarkan air dari pipa hingga menimbulkan kubangan di jalan raya.
Sejak pagi, sejumlah warga mengambil air dengan menggunakan gayung, lalu kemudian dimasukkan ke dalam jerigen atau galon. Bahkan ada warga yang menggunakan dua drum dibawa pakai baktor. Ironisnya, sejumlah warga yang mengambil air kubangan di pipa bocor milik PDAM itu, adalah pelanggan PDAM juga.
Warga Kampung Bali, Ace (63) mengaku, dia membawa kendaraan baktor untuk mengangkut air. Sepeda motor roda tiga itu menampung dua drum besar dan beberapa jerigen, yang kemudian diisi air kubangan.
Air sebanyak itu sengaja dia bawa, untuk memenuhi kebutuhan warga lain disekitar pemukimannya. Karena selama dua pekan, dirinya dan warga Kampung Bali kesulitan air.
“Buat bagi-bagi warga aja, kasian kan air PDAM pada mati, buat kebutuhan Mandi Cuci Kakus (MCK). Air di mushola juga kering. Baru kali ini ngambil di kubangan, karena kasihan warga pada teriak gak punya air,” tutur Ace.
Padahal kata Ace, meski sudah berlangganan PDAM sejak lama, namun masih kesulitan mendapatkan air dalam beberapa dua pekan terakhir. Disisi lain, tagihan tetap harus dibayar.
“Kami berharap, pelayanan PDAM harus lebih bagus, karena tagihan bulanannya naik terus. Bayar air dalam sebulan Rp 300- Rp 350 ribu, tergantung pemakain. Tapi ini air PDAM tidak mengalir, sehingga harus ambil dari kubangan,” sesalnya. (ris)