Berita Bekasi Nomor Satu

Sebagian Pedagang Terdampak Penutupan TikTok Shop

Ilustrasi TikTok.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Setelah pemerintah resmi melarang media sosial untuk berjualan dan melayani transaksi, TikTok Indonesia resmi menutup layanan TikTok Shop tepat pukul 17.00 kemarin. Kebijakan yang juga berlaku bagi semua Social Commerce ini tidak disetujui oleh masyarakat yang aktif berjualan di media sosial, baik yang sudah lama maupun yang baru-baru ini menjadi Affiliate.

Salah satu warga Kota Bekasi yang menjadi Affiliate TikTok Shop, Oca (25) mengaku sedih lantaran penutupan layanan TikTok Shop ini. Baru tujuh bulan belakangan ia menjadi Affiliate TikTok, penghasilan yang ia dapat dari bagi hasil dengan Seller pun belum besar.”Sejauh ini yang dijual berkaitan tentang fashion, misal baju,” katanya, Rabu (4/10).

Keputusan menjadi Affiliate TikTok Shop berawal dari keinginannya untuk belajar berjualan di media sosial, sekaligus memberanikan diri untuk berbicara di depan layar.

Setelah layanan ini resmi ditutup, ia mengaku belum memiliki rencana lain untuk meneruskan kegiatannya berjualan di media sosial. Aktifitas seperti Oca ini diketahui hanya memasarkan produk milik orang lain di media sosial, dari setiap pembelian ia memperoleh pendapatan dari bagi hasil setiap produk yang terjual.

“Kalau video lagi FYP, yang check out lumayan dan pernah ngerasain dalam sehari yang Check Out lebih dari 20 orang, jadi untuk komisi yang didapat terhitung lumayan,” tambahnya.

Sebelumnya salah satu warga yang juga menjual produk fashion di media sosial, Rina (53) menilai penutupan layanan penjualan di media sosial bukan solusi bagi Seller seperti dirinya. Pemerintah kata dia, perlu mengatur lebih detail agar tidak ada yang dirugikan.

“Sekarang yang tidak boleh itu produsen langsung berjualan kalau kami pengennya begitu. Jangan dilarang sama sekali,” ungkapnya.

Bagi Seller seperti dia, kerap kalah dalam persaingan harga saat produsen sendiri yang langsung menjual barangnya. Sejak berjualan di media sosial mulai tahun 2020 silam, dua tahun pertama ia bisa meraup untung Rp600 hingga Rp800 ribu sehari. Tapi akhir-akhir ini, penjualannya menurun drastis. (sur)