RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah III menggelar pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) tingkat SMK Kota dan Kabupaten Bekasi. Dalam pembinaan ini, KCD Wilayah III mengingatkan kepada para pengurus MGMP dan MGBK untuk meningkatkan fungsi dan perannya.
“SMK Kota dan Kabupaten Bekasi itu berada di lumbung padi. Artinya, banyak perusahaan di sekitarnya. Karena sangat disayangkan, peran dan fungsi satuan pendidikan, khususnya SMK ini tidak cepat menangkap peluang tersebut,” ujar Kepala KCD Wilayah III Jabar, I Made Supriatna, kepada Radar Bekasi, Minggu (22/10).
Ia berharap, MGMP dan MGBK ke depan dapat lebih cepat menangkap peluang tersebut. Caranya, dengan mempromosikan lulusan serta meminta bantuan CSR melalui perusahaan yang ada di kawasan industri.
“Ini merupakan cara efektif. Peran dan fungsi MGMP dan MGBK di era digital 4.0 harus aktif mencari peluang dan kesempatan tersebut,” kata I Made.
Menurutnya, MGMP dan MGBK dibentuk bukan hanya sekedar duduk bareng, menyusun bahan ajaran. Akan tetapi bagaimana caranya untuk menyiapkan para siswa yang lulus siap pakai.
“Sekarang bukan hanya duduk bareng menyusun bahan dan modul ajaran saja, apalagi di era digital saat ini bisa dicari melalui google. Karena titik poinnya adalah bagaimana satuan pendidikan bisa menyiapkan tenaga siap pakai, khususnya dalam dunia industri yang ada,” tuturnya.
BACA JUGA: Kepala KCD Minta Penjelasan Kepsek SMAN 1 Setu, Mengacu Pergub Sumbangan Jangan Memberatkan
I Made menyampaikan, bahwa yang tersulit adalah menciptakan transfer pengetahuan yang dibuat oleh guru dalam bentuk karya nyata agar anak siap pakai.
“Yang paling sulit itu adalah membentuk karya nyata anak siap pakai,” bebernya.
Apalagi, saat ini, SMK lebih dikenal dengan kata Bekerja, Melanjutkan, Wirausaha (BMW). Masing-masing memiliki persentase yang berbeda.
“Ada istilah di SMK itu BMW, jadi mereka memiliki persentase yang berbeda-beda,” terang I Made.
Lanjutnya, yang menjadi perhatian saat ini adalah bekerja, namun tidak linear dengan program keahlian. Persentase siswa yang bekerja sesuai dengan program keahlian hanya mencapai 35 persen.
“Yang bekerja tapi linear itu hanya 35 persen, masih jauh sekali dari target dari Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) Jawa Barat, yaitu di atas sekitar 45-50 persen, dimana sisanya tidak jadi masalah,” ucap I Made.
Meski demikian, secara menyeluruh daya serap siswa bekerja saat ini mencapai 65 persen, melanjutkan 15 persen, wirausaha 10 persen, dan 10 persen diantaranya tidak terdeteksi.
“Kalau daya serap secara menyeluruh itu sekitar 65 persen, tapi yang bekerja sesuai dengan linear hanya 35 persen, ini harus ditingkatkan, agar bisa mencapai target dari PSMK Jawa Barat, dan jangan sampai membuka program keahlian yang ada, tapi siswanya tidak bekerja sesuai dengan kompetensi yang diajarkan,” tandas I Made. (dew)