RADARBEKASI.ID, BEKASI – Warga Kabupaten Bekasi mesti waspada terhadap cacar monyet. Pasalnya, Dinas Kesehatan tidak dapat menjamin keamanan daerah ini dari infeksi virus Mpox tersebut.
Hal ini dikarenakan Kabupaten Bekasi memiliki tingkat mobilitas yang cukup tinggi. Banyak warga dari luar datang ke Kabupaten Bekasi untuk bekerja dan urusan lainnya. Sebaliknya, warga Kabupaten Bekasi juga kerap pergi ke luar.
“Orang dari Jakarta, Bandung, dan lainnya masuk ke Kabupaten Bekasi. Begitu juga orang Kabupaten Bekasi kerja ke Jakarta, dan lainnya, kita nggak bisa melarang orang masuk dan pergi. Pasti ada, tinggal dulu saja, karena kita ini area terbuka,” ujar Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Irfan Maulana, kepada Radar Bekasi, Selasa (31/10).
Berdasarkan data Kemenkes, per 31 Oktober 2023 terdapat 27 kasus cacar monyet. Berdasarkan domisili, terdapat 22 kasus aktif di DKI Jakarta, empat kasus aktif di Banten, dan satu kasus aktif di Bandung.
“Kalau di Kabupaten Bekasi sampai saat ini belum ada kasusnya,” kata Irfan.
Sebenarnya, Selasa (31/10), Irfan mendapat laporan dari puskesmas tentang indikasi warga yang diduga terpapar cacar monyet. Namun setelah dikroscek, dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan tidak terpapar monkeypox. Kesimpulan ini diperoleh setelah melihat riwayat dan kontaknya beberapa waktu belakangan.
“Hari ini saya dapat laporan dari salah satu puskesmas, tapi setelah kita kroscek ulang, ternyata bukan monkeypox, itu hanya cacar air biasa. Karena kalau dilihat dari riwayat dan kontaknya nggak ada,” ungkapnya.
Menurutnya, cacar monyet tidak jauh berbeda dengan cacar air. Hanya saja, monkeypox ini disertai dengan nanah. Irfan menjelaskan bahwa untuk mencegah terpapar monkeypox, polanya mirip dengan cara pencegahan terhadap penyakit lainnya, seperti menjaga daya tahan tubuh, berolahraga, dan menghindari kontak.
“Kasus-kasus yang ada sekarang kasus migrasi, yang memang kita tidak bisa membatasi pergerakan orang,” ucapnya. (pra)