RADARBEKASI.ID, BEKASI – Upaya Pemerintah Kota Bekasi dalam menekan angka inflasi sepertinya tak akan berlangsung mudah. Betapa tidak. Pergerakan harga kebutuhan pokok silih berganti naik. Pada Oktober, kenaikan harga cabai merah rupanya telah memberi andil tertinggi pada inflasi di Kota Bekasi.
Akhir bulan September hingga awal November ini sejumlah komoditas bahan dapur di beberapa pasar mengalami kenaikan harga, diantaranya cabai, bawang merah, dan tomat. Sementara beras yang naik dan memberi andil tertinggi pada inflasi pada bulan September lalu terpantau stabil, tidak lagi mengalami kenaikan sepekan terakhir.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Oktober, Kota Bekasi mengalami inflasi 0,14 persen. Dibandingkan dengan tujuh kota pantauan di Jawa Barat, Kota Bekasi ada di peringkat dua terbesar dibawah Kota Depok dengan tingkat inflasi 0,15 persen.
Andil inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Sementara menurut komoditas, andil tinggi terhadap inflasi secara berurutan disumbangkan oleh cabai merah, bensin, beras, cabai rawit, dan hamburger.
Meski belum nampak terlihat penurunan harga beras yang sebelumnya memberi andil inflasi yang tinggi pada bulan September, andilnya terhadap inflasi bergeser ke peringkat ke tiga. Pemerintah akhir-akhir ini memang tengah menaruh perhatian ekstra terhadap lonjakan bahan pokok.
Awal pekan ini Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi mulai kembali menggelar pasa murah. Dimulai di lingkungan Plaza Pemkot Bekasi, bersamaan dengan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang dilaksanakan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kota Bekasi, Nurbaiti mengatakan bahwa operasi pasar yang beberapa kali dilaksanakan oleh Pemkot bertujuan mengendalikan inflasi daerah, serta menjaga daya beli masyarakat.
Dalam waktu dekat, pelaksanaan pada murah akan digelar di 10 titik, diantaranya berlokasi di halaman kantor kecamatan dan kelurahan. Pasar murah kali ini berlangsung mulai 6 hingga 18 November 2023.
“Sekarang pergerakan harga sangat lumayan,kita inisiasikan kegiatan operasi pasar dan bazar murah agar daya beli masyarakat terutama kelompok (ekonomi) menengah kebawah mampu meningkatkan daya beli,” katanya, Senin (6/11).
Kegiatan tersebut kata dia, dilaksanakan bekerjasama dengan Bulog dan retail, harganya lebih murah 10 sampai 20 persen dari harga pasar.
Intervensi harga komoditas di pasar tidak bisa serta merta dilakukan oleh pemerintah kota, harga pasar sangat bergantung dengan persediaan dan permintaan barang sesuai dengan hukum ekonomi. Adapun yang bisa dilakukan oleh pemerintah kota untuk menstabilkan harga adalah dengan cara memastikan ketersediaan barang, tidak kurang dari jumlah permintaan masyarakat.
Harga beras sepekan terakhir sudah terpantau tidak lagi mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga justru terlihat di beberapa bahan dapur.
“Kita ada data perkembangan hari ke hari ya, dari akhir September sampai awal November ini seperti harga cabai keriting dia naik, harga cabai rawit merah naik, harga cabai besar hijau naik, bawang merah (naik) di akhir Oktober,” paparnya.
Upaya lain untuk memantau perkembangan harga kebutuhan di pasar pihaknya melakukan pemantauan harga hingga melaporkan harga kebutuhan pokok ke Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sejauh ini ia memastikan tidak ada kekurangan persediaan di pasar.
“Di Kota Bekasi tidak ada kekurangan persediaan,” tambahnya.
Sebelumnya Pj Wali Kota Bekasi, Raden Gani Muhammad meminta kepada jajaran Pemkot Bekasi untuk turun menyisir kebutuhan warga. Ia meminta distribusi bahan pokok seperti beras hingga gula digencarkan.
“Gencarkan pendistribusian bahan pangan pokok seperti beras, minyak goreng, gula pasir dan sebagainya kepada masyarakat secara masif dan merata. Gencarkan juga bazar pangan murah di wilayah yang menyediakan berbagai bahan pokok, pastikan stok bahan pangan selalu tersedia,” ungkapnya.
Gani menyoroti persoalan inflasi dan penanganannya saat berkunjung ke wilayah Kecamatan Pondok Gede dan Jatiasih awal November kemarin. Pemerintah di lingkungan kecamatan dan kelurahan diminta untuk aktif melakukan pengawasan dan mengevaluasi kebutuhan warganya.
Hal ini dilakukan untuk menekan angka inflasi, serta memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Pastikan apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat bisa terakomodir dan terpenuhi, hingga dapat hasil yang terbaik, agar inflasi menurun, kebutuhan masyarakat pun terpenuhi,” tambahnya.
Terkait dengan kebaikan harga bahan dapur seperti cabai, Bapanas belakangan menyebut lonjakan harga terjadi akibat menurunnya pasokan dari daerah penghasil. Produksi dan distribusi komoditas cabai ini disebut sebagai kunci untuk menstabilkan harga di pasar.
Dalam hal ini, seluruh pimpinan daerah diminta untuk memantau kebutuhan dan produksi cabai di wilayahnya masing-masing, serta melakukan kerjasama antar pemerintah daerah. (sur)