Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

ODHA Balita di Bekasi Meningkat

HIV

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) pada usia produktif di Kota Bekasi masih mendominasi. Namun, pada tahun ini, ODHA usia di Bawah Lima Tahun (Balita) meningkat dibandingkan tahun lalu.

Ya, jika tidak ditangani dengan baik, Human Immunodeficiency Virus (HIV) akan mencapai stadium akhir, hingga mengakibatkan munculnya berbagai gangguan kesehatan karena sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah, kondisi ini disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Virus patogen ini menginfeksi serta merusak sel CD4, jenis sel darah putih yang perannya sangat penting dalam sistem kekebalan tubuh. Untuk itu, kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi obat Antiretroviral (ARV) sangat penting guna meminimalisir resiko penularan, menghambat perburukan infeksi, hingga meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

“Tahun ini teman-teman yang minum obat diatas 15 tahun banyak yang tumbang,” kata salah satu pendamping ODHA di Kota Bekasi, Evan.

Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan kondisi kesehatan ODHA memburuk kata dia. Diantaranya adalah menurunnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat, hal ini erat kaitannya dengan kejenuhan setelah sekian lama mengkonsumsi obat.

Berikutnya, jenis obat yang dikonsumsi saat ini sudah tidak lagi efektif. Dalam kondisi ini, biasanya ODHA harus mengganti rejimen obat untuk dikonsumsi selanjutnya.”Perkiraan lebih ke jenuh minum obat, akhirnya kepatuhan minum obat turun, akhirnya hasil viral load kembali terbaca,” tambahnya.

Sejak Januari sampai dengan Oktober 2023, 753 kasus HIV terdeteksi di Kota Bekasi, mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas kasus ditemukan pada masyarakat usia produktif, yakni pada usia 20-24 tahun sebanyak 104 kasus dan usia 25-49 tahun sebanyak 536 kasus.

Disamping itu, ada 11 kasus baru pada anak dibawah usia empat tahun, lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode yang sama di Provinsi Jawa Barat (Jabar), Kota Bekasi berada di urutan nomor dua terbanyak setelah Kota Bandung dengan 870 kasus.

Berdasarkan status kependudukan, 352 dari 753 kasus ber KTP Kota Bekasi, 401 lainnya ber KTP luar Kota Bekasi. Temuan kasus baru ini menambah panjang daftar ODHA yang selama ini berkunjung ke layanan Perawatan Dukungan Pengobatan (PDP) di Kota Bekasi.

“Jadi data ini adalah data yang sudah rutin berkunjung melakukan pengobatan, bisa saja dibelakang itu lebih dari apa yang kita bayangkan,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Tanti Rohilawati.

Tidak sulit mencegah penularan dan menghindari diri agar tak terinfeksi virus ini, yaitu dengan menghindari perilaku berisiko. Perilaku beresiko tersebut diantaranya bergonta-ganti pasangan, penggunaan jarum suntik secara bersamaan, serta menjauhi perilaku seksual dengan sesama jenis.

Menjauhi perilaku beresiko serta kepatuhan yang baik dalam mengkonsumsi obat ini dapat membantu pemerintah mencapai target Zero New Infection pada 2030 mendatang.

Lebih lanjut, terkait dengan penurunan kondisi kesehatan yang belakangan ini terjadi pada sejumlah ODHA menurutnya sangat berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh seseorang. Terapi dengan cara mengkoneksikan obat terang Tanti, hanya berfungsi untuk mempertahankan kondisi tubuh dengan cara melemahkan virus.”Kekuatannya sangat bergantung pada ketahanan tubuh,” ucapnya.

Sementara, ketahanan tubuh setiap orang berbeda-beda untuk bisa melawan infeksi virus.

Ia menyebut ODHA bisa berkonsultasi setiap saat dengan Tenaga Kesehatan (Nakes), bahkan dalam hal mendapatkan penanganan medis di RS yang ada di Kota Bekasi.”Sangat bisa (berkonsultasi). Kalau drop itu otomatis harus langsung ke rumah sakit ditangani, karena itu mungkin sudah waktunya mendapatkan layanan medis,” tambahnya.

Tahun ini layanan konseling tes HIV (KT) di 46 RS dan 48 Puskesmas di Kota Bekasi. Sementara untuk layanan PDP, bisa didapatkan di 7 RS, 6 Puskesmas, dan satu klinik swasta di Kota Bekasi.

Serangkaian langkah penanggulangan HIV telah dilakukan di Kota Bekasi tahun ini, termasuk mempersiapkan layanan PDP yang saat ini menunggu peresmian, yakni satu RSUD kelas D, dan tiga RS swasta. Pada sisi Sumber Daya Kesehatan (SDK), sebanyak 4 mentor dokter dan 4 mentor perawat program HIV telah dilatih. (sur)