RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pasar Cikarang yang pernah menjadi jantung perdagangan lokal kini terlihat semakin memprihatinkan. Bangunan empat lantai yang menjadi saksi kejayaan masa lalu itu nampak rapuh dan kumuh karena belum pernah mendapat pembaharuan sejak berdiri 1992.
Bekas kebakaran pada 2015 masih meninggalkan jejak yang terlihat nyata. Lantai satu blok pedagang daging yang dulu ramai, kini terasa sepi dan gelap. Banyak kios ditinggalkan oleh pedagang karena minimnya pembeli. Sampah berserakan di sekelilingnya dan tercium bau pesing.
Lantai dua blok pedagang pakaian dan penjahit juga tidak kalah suram. Sepi pembeli menjadi pemandangan umum dengan beberapa kios yang bahkan telah ditandai dengan tulisan “Dikontrakan.” Atap kios yang bolong dan dinding yang dipenuhi tanaman liar merambat menambah kesan terlantar.
Lantai di atasnya yang semestinya menjadi area parkir, kini nampak sepi dan terabaikan. Di halaman depan parkir, yang dulu menjadi tempat ramai aktivitas perdagangan, sekarang malah dipenuhi oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan lapak semi permanen. Terpal-terpal dan atap seng atau asbes menjadi atap langit-langit baru yang menggantikan kejayaan arsitektur pasar yang dulu begitu megah.
Informasi yang dihimpun Radar Bekasi, dari 2.300 lapak dan kios di Pasar Cikarang hanya tersisa 30 persen yang terisi. Arman (63) merupakan salahsatu pedagang yang masih bertahan di tengah kondisi sulit Pasar Cikarang.
“Kondisi seperti ini kami masih bertahan,” ujar pedagang pakaian ini, Senin (4/12).
Pria paruh baya ini mengaku sejak beberapa tahun terakhir mendengar adanya rencana pemerintah untuk merevitalisasi Pasar Cikarang. Ia sangat menantikan realisasi revitalisasi Pasar Cikarang.
Meskipun terus berjuang untuk biaya operasional dan kebutuhan, Arman dan pedagang lain masih memiliki harapan besar akan perubahan positif yang dapat membawa Pasar Cikarang kembali ke sorotan sebagai pusat perdagangan yang berjaya.
“Kalau tidak harapan, pasti kami tidak akan bertahan dengan kondisi pasar yang saat ini jauh dari kata laik. Sebab kami saat ini memang masih ada pelanggan tetap. Meskipun perputaran keuangan habis untuk biaya operasional dan kebutuhan,” jelas pria yang berdagang sejak 1993 ini.
Sementara, Kepala UPTD Pasar Cikarang, Nawawi, mengungkapkan bahwa saat ini banyak pemilik toko dan lapak yang meninggalkan Pasar Cikarang. Menurutnya, masalah ini dipahaminya dengan baik karena kondisi pasar dapat membahayakan baik pedagang maupun pembeli. Kondisi ini juga memiliki dampak signifikan pada retribusi daerah, yang merupakan sumber pendapatan daerah.
“Di sisi lain kami ada target untuk menyetor retribusi daerah dari pedagang, yaitu pembayaran retribusi. Namun dengan kondisi saat ini terkadang pedagang ada yang memberi ada juga yang tidak. Dengan kondisi kami memaklumi sebab perputaran ekonomi di Pasar Cikarang ini cukup untuk kebutuhan pedagang sehari sehari,” ungkapnya.
Pria yang akan memasuki masa purnabakti ini menjelaskan kondisi awal Pasar Cikarang yang dulu masih baik. Menurut Nawawi, banyak pedagang daging yang berjualan pada masa itu. Dia mengingat bahwa jumlah pedagang daging bisa mencapai 30 orang.
“Dengan kondisi saat ini pedagang daging tinggal dua orang yang masih bertahan. Harapan kami juga bisa cepat direvitalisasi,” ungkapnya. (and)