Berita Bekasi Nomor Satu

Penanganan Masalah Rendahnya Minat Baca di Kabupaten Bekasi Perlu Perhatikan Hulu hingga Hilir

ILUSTRASI: Sejumlah anak-anak menulis dan membaca saat belajar Bahasa Inggris di Taman Baca Bintang Raharja Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, Selasa (5/12). Minat baca masyarakat di Kabupaten Bekasi masih rendah. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Minat baca masyarakat di Kabupaten Bekasi masih rendah. Penting untuk memperhatikan seluruh aspek, dari hulu hingga hilir dalam menangani masalah rendahnya minat baca ini.

Pada tahun ini, tingkat kegemaran membaca (TGM) masyarakat berada di level 58,1. Berdasarkan data Perpustakaan Nasional (Perpusnas), skor TGM memiliki rentang skala 0-100. Tingkat kegemaran membaca yang termasuk kategori sangat rendah berada pada interval 0–20, kategori rendah 20,1–40, kategori sedang 40,1–60, kategori tinggi 60,1–80, dan kategori sangat tinggi 80,1–100. Dengan demikian, TGM Kabupaten Bekasi masuk dalam kategori sedang.

Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Bekasi, Eva Yanti Hermansyah, tingkat kegemaran membaca masyarakat Kabupaten Bekasi berada di level 58,1 atau meningkat sedikit dari tahun sebelumnya 57 sekian.

“Naiknya memang tidak tinggi. Angka tersebut berdasarkan penyebaran kuesioner. Hitungannya perorangan untuk mengetahui minat baca masyarakat,” ujar Eva kepada Radar Bekasi, Selasa (5/12).

Eva menjelaskan bahwa terdapat lima indikator untuk menilai minat baca seseorang, termasuk pemusatan perhatian, penggunaan waktu, motivasi membaca, intelegensi, dan usaha untuk membaca. Dengan kondisi minat baca yang rendah, Eva menyatakan pihaknya terus melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kegemaran membaca.

”Kami melakukan sosialisasi serta memberikan pembinaan dan pengembangan kepada pengelola perpustakaan. Baik di sekolah dan lingkungan masyarakat,” ucapnya.

Sementara itu, kondisi rendahnya minat baca diakui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Imam Faturrahman. ”Ada beberapa beberapa sekolah dengan kondisi siswanya lemah membaca,” ujar Imam.

Imam menekankan bahwa melalui program Merdeka Belajar, siswa diharapkan menjadi lebih aktif dalam berkreasi. Salah satunya melalui kegiatan berorganisasi dan kolaborasi dalam mengeksplorasi kreativitas bersama.

“Jadi literasi itu tidak hanya membaca duduk diam. Meskipun itu juga penting, namun dalam hal ini motorik anak juga perlu dirangsang melalui literasi yang aktif dalam sebuah penciptaan gagasan melalui sejumlah kegiatan yang dilakukan anak anak,” jelasnya.

Sedangkan menurut Ketua Forum Taman Bacaan Kabupaten Bekasi, Ira Pelitawati, penanganan masalah rendahnya minat baca perlu diperhatikan dari hulu hingga hilir.

Sebagai contoh, Ira menyoroti ketersediaan perangkat dan keberadaan tenaga ahli di perpustakaan sebagai faktor penting dalam manajemen perpustakaan yang baik. Ini setidaknya dapat memotivasi anak-anak untuk gemar membaca.

Selanjutnya, di era digitalisasi ini, perlu ditelusuri apakah terdapat buku atau media yang dapat meningkatkan minat baca anak-anak. Ira juga menyoroti perlunya pembinaan dalam kelompok-kelompok atau komunitas bacaan.

“Memang sudah ada program 25 menit baca setiap hari atau sebelum anak sekolah masuk, kemudian juga ada gerakan minat baca. Nah program program yang sudah baik ini apakah diperhatikan secara kontinyu. Jadi perlu ada keseriusan dalam memperhatikan minat baca ini,” ucap wanita yang aktif dalam kegiatan sosial ini. (and)