Berita Bekasi Nomor Satu

7 Gunung Berapi di Jawa Barat Potensi Erupsi Lebih Cepat di Musim Hujan, Pendaki Diminta Waspada

Aktivitas pemantauan gunung api yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM. (Humas Kementerian ESDM/Antara)

RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Aktivitas 7 gunung berapi yang berada di wilayah Jawa Barat berpotensi erupsi lebih cepat di musim hujan. Para pendaki gunung diminta waspada saat mendaki di musim hujan saat ini.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi meminta pada masyarakat untuk mewaspadai aktivitas 7 gunung di Jawa Barat. Terutama selama musim hujan, khususnya bagi para pendaki.

”Tujuh gunung berapi yang perlu diwaspadai ini statusnya masih normal. Meski demikian, masyarakat yang hendak mendaki diimbau tidak melakukan pendakian di gunung-gunung tersebut pada musim hujan,” kata Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan seperti dilansir dari Antara di Bandung.

BACA JUGA: Viral Pendaki Wanita Terjebak di Gunung Marapi Minta Tolong, Wajahnya Penuh Abu

7 gunung berapi yang perlu diwaspadai tersebut, kata dia, adalah Tangkuban Parahu, Salak, Gede, Guntur, Papandayan, Galunggung, dan Ciremai. Sebab, ketika musim hujan lebih cepat berpotensi alami erupsi.

”Kita juga mengimbau saat hujan minimal tidak mendekati kawah. Memang menyenangkan, tapi kalau bisa tahan dulu lah untuk mendaki,” ujar Hendra.

Lebih lanjut, Hendra menyebutkan, gunung berapi yang tenang justru lebih berbahaya ketika didaki. Sebab, kewaspadaan kepada gunung oleh para pendaki akan lebih sedikit dibandingkan gunung berapi yang aktif.

BACA JUGA: SAR Padang: 11 Pendaki Gunung Marapi Meninggal Dunia

Hal tersebut, lanjut dia, bisa dilihat pada kasus di Gunung Marapi, Sumatera Barat, yang sebenarnya dalam keadaan tenang. Bahkan, beberapa hari sebelum kejadian erupsi pun masih banyak pendaki yang mengabadikan kondisi di sana (kawah).

”Yang paling bahaya ini kalau tidak ada kelihatan apa-apa, tiba-tiba berasap. Jadi selama ini pendaki merasa aman kalau musim hujan padahal kemungkinannya lebih besar untuk erupsi,” terang Hendra Gunawan.

Hendra menyebut PVMBG selalu berkoordinasi dengan balai yang ada di setiap gunung berapi dan selalu memberikan imbauan pada kepala daerah, masyarakat, termasuk juga para pendaki. Sebab, bahaya pendakian gunung berapi yang selalu mengintai.

BACA JUGA: Gunung Marapi Erupsi, 42 Pendaki Terjebak, Kini Proses Evakuasi

Bahaya yang mengintai itu antara lain, ketika tidak ada sinar matahari di gunung dan terjadi konsentrasi atas gas vulkanik yang bisa terhirup pendaki dan bisa mengakibatkan sesuatu yang fatal.

”Kasus seperti ini pun sempat terjadi di Gunung Sindoro dan diharapkan tidak terulang kembali,” ucap Hendra Gunawan.

Saat ini, tambah dia, seluruh gunung berapi di Jabar mendapat pemantauan dengan berbagai peralatan yang memadai. Namun, satu gunung yang mendapat perhatian khusus adalah Gunung Guntur di Kabupaten Garut.

Perhatian lebih itu, kata Hendra, karena dalam analisis para ahli, gunung berapi memiliki siklus letusan 60 tahun sekali, sementara Gunung Guntur terakhir erupsi pada 1847.

”Karena inilah sulitnya memprediksi gunung berapi. Sebenarnya kalau harus, ini ya sudah waktunya, tapi kan namanya alam faktornya banyak yang menentukan untuk bisa erupsi,” tambah Hendra Gunawan. (jpc)