RADARBEKASI.ID, BEKASI – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menetapkan status Mpox atau cacar monyet sebagai kedaruratan kesehatan global. Saat ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) belum menerima laporan kasus di Kota Bekasi.
“Untuk saat ini tidak ada laporan yang masuk ke kami, kami akan coba untuk menelusuri,” ungkap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bekasi, Vevie Herawati.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akhir pekan kemarin, total kasus mpox di Indonesia sebanyak 88 kasus. Tersebar di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus, Jawa Barat 13 kasus, Banten 9, Jawa Timur 3, Daerah Istimewa Yogyakarta 3, dan Kepulauan Riau 1.
BACA JUGA: Kasus Terus Meningkat, Wabah Cacar Monyet Jadi Kedaruratan Global
Sebagian besar kasus ditularkan dari kontak seksual. Pemerintah telah mengambil langkah serius dengan memperketat skema pemeriksaan bagi Warga Negara Asing (WNA) yang memasuki Indonesia.
Peneliti Kesehatan dan Keamanan Global, Dicky Budiman menyampaikan bahwa penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan perilaku atau gaya hidup masyarakat menjadi tantangan besar. Baik penyakit menular maupun tidak menular. Terlebih populasi masyarakat di Indonesia didominasi oleh generasi muda.
“Salah satu kedepan yang akan menjadi tantangan adalah penyakit-penyakit yang dikaitkan dengan Behavior,” ungkapnya.
BACA JUGA: UHC Kota Bekasi Capai 99,58 Persen, Pertumbuhan Penduduk jadi Tantangan
Dicky menyampaikan bahwa mpox ini selama dua tahun belakangan tidak hilang, atau menjadi Silent Epidemi. Dia mengingatkan bahwa karakteristik penyakit yang erat dengan perilaku ini sulit untuk diberantas, terlebih penularan antar manusia melalui kontak seks.
Terutama saat penyebarannya terjadi pada kelompok-kelompok berisiko yang cenderung tertutup, stigma masyarakat menambah penyebaran penyakit ini semakin tersembunyi.
Untuk itu, diperlukan pejabat dan pelaku di bidang kesehatan yang konsisten dan paham dengan masalah kesehatan. Berikutnya adalah komunikasi risiko yang tepat dan efektif.
“Karena sekali lagi, tanpa komunikasi resiko ya tujuan yang dicapai tidak akan terjadi, karena ada salah persepsi,” ucapnya. (sur)











