RADARBEKASI.ID, BEKASI – Intoleransi di Kota Bekasi telah sudah masuk dalam zona merah, begitu juga dengan radikalisme harus menjadi PR bersama.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua PCNU Kota Bekasi, Kiai Ayi Nurdin, dalam acara dialog kebangsaan yang digelar oleh aktivis Kelompok Cipayung Universitas Islam 45 (UNISMA) Kota Bekasi pada Jumat (4/10) malam.
“Peristiwa ASN yang sempat viral harus menjadi pelajaran dan umat muslim harus menghormati hak-hak antar umat beragama,” ucap Ketua Tanfidziah NU Kota Bekasi, dalam keterangannya.
Kiai Ayi menegaskan bahwa isu intoleransi yang diangkat dalam dialog tersebut sangat penting.
“Intoleransi dan radikalisme yang diangkat temen temen mahasiswa sangat urgensinya adalah demi keutuhan bangsa kita, khususnya di Kota Bekasi dalam pemilihan kepala daerah,” imbuh jebolan UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu.
Sementara itu, Aktivis 1998 Ray Rangkuti menjelaskan sikap intoleran jelang Pilkada justru meningkat.
“Sikap intoleran tersebut lebih berbahaya daripada tindakan intoleransi.
Sebab tindakan intoleransi bisa dicegah atau ditanggulangi oleh aparat keamanan. Tapi sikap Intoleran itu tidak kasat mata membuat masyarakat terbelah,” ujar Ray.
Adapun salah satu upaya agar toleransi yang terjadi jelang Pilkada dapat diselesaikan, kata Ray, konflik atau perbedaan di tengah masyarakat majemuk hanya bisa diselesaikan lewat mekanisme demokrasi.
BACA JUGA: Kematian Tujuh Remaja di Kali Bekasi akibat Tenggelam, Ada Kandungan Alkohol di Tubuh
“Dan hanya kaum nasionalis yang bisa menyelesaikan konflik itu,” tukas Ray.
Sedangkan, Tokoh Pemuda Bekasi, Akmal Fahmi, mengingatkan agar masyarakat Kota Bekasi tidak terjebak dalam eksploitasi politik praktis demi kepentingan elektoral kelompok tertentu.
“Kaum minoritas harus kembali melihat rekam jejak calon kepala daerah, agar tidak masuk pada masa suram,” ujar Akmal.
Persoalan intelorensi di Kota Bekasi, mulai mencuat pada beberapa pekan kebelakang. Dimana ASN Kota Bekasi mempersekusi umat yang akan beribadah.
Dikatakan, persoalan dugaan intelorensi di Kota Bekasi mulai mencuat pada beberapa pekan kebelakang. Dimana ASN Kota Bekasi mempersekusi umat yang akan beribadah ketika Kota Bekasi di pimpinan Pj Wali Kota Bekasi Gani Muhammad.
Sedangkan selama kepemimpinan Rahmat Efendi maupun Tri Adhianto, tidak pernah ada aksi intoleransi. Bahkan, pada saat Tri Adhianto memimpin, Kota Bekasi masuk indeks Kota Toleran secara signifikan naik.
”2022 berdasarkan penilaian NGO, IKT Kota Bekasi posisi ketiga se-Indonesia, 2023 naik di posisi kedua dan 2024 ditargetkan menjadi posisi pertama,” ujar Abdul Manan Ketua FKUB Kota Bekasi, beberapa pekan lalu saat berkunjung ke lingkungan rumah ASN yang berkonflik. (*)