RADARBEKASI.ID, BEKASI – Penggunaan metode tutor sebaya dapat meningkatkan pembelajaran peserta didik, serta menambah keterampilan berpikir secara aktif dan kreatif. Pembelajaran dengan teman sebaya juga mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, menganalisis masalah, mengevaluasi bukti, dan membandingkan model mental dari materi yang dipelajari.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tutor sebaya dapat memberikan dampak positif terhadap motivasi belajar, sekaligus melatih kemampuan peserta didik dalam mengasah keterampilan kolaborasi mereka.
Menurut Kepala SMAN 1 Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi, Sayuti, setelah menggunakan metode tersebut, pihaknya melaksanakan Penilaian Tengah Sumatif (PTS) dan kemudian melakukan evaluasi.
“Dari hasil penilaian PTS yang telah dievaluasi, sekitar 85 persen siswa memenuhi standar nilai capaian pembelajaran,” ujarnya kepada Radar Bekasi.
Namun, dari hasil evaluasi, masih ada 15 persen siswa yang belum memenuhi standar nilai capaian pembelajaran, yang tentunya perlu diperbaiki.
“Rata-rata siswa yang belum memenuhi standar nilai capaian tersebut berada pada mata pelajaran eksak, seperti matematika, kimia, fisika, dan ekonomi,” beber Sayuti.
Untuk siswa yang belum memenuhi standar nilai capaian, mereka diwajibkan mengulang mata pelajaran yang belum dikuasai.
“Guru mata pelajaran tersebut harus melakukan pengulangan atau remedial agar capaian pembelajaran minimal dapat dipenuhi,” sarannya.
Sayuti menjelaskan bahwa tutor sebaya adalah strategi pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa dalam kelompok secara aktif untuk berdiskusi, saling mengajarkan, dan mendengarkan arahan atau bimbingan dari siswa yang lebih pandai sebagai tutor. Dalam penerapannya, guru memilih model terbaik bagi siswa dan melatih mereka untuk bertindak sebagai tutor sebaya.
BACA JUGA: Cari Identitas Remaja yang Lompat dari Lantai 5 Gedung Parkir Mal di Bekasi, Polisi Datangi Sekolah
“Bisa dikatakan, metode tutor sebaya ini lebih efektif karena komunikasi antara siswa berlangsung lebih cepat, dan mereka tidak merasa takut atau tertekan, mengingat sistemnya seperti kerja kelompok atau diskusi,” jelas Sayuti.
Hal senada disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Citra Mutiara Kabupaten Bekasi, Prawiro Sudirjo, yang menyatakan bahwa evaluasi terhadap penilaian PTS sudah dilakukan.
“Kami sudah melakukan evaluasi PTS, dan hasilnya sekitar 95 persen siswa telah memenuhi standar nilai capaian pembelajaran, namun masih ada 5 persen yang harus melakukan pengulangan,” ucapnya.
Sebelum dilakukan pengulangan atau perbaikan nilai capaian, biasanya guru akan memberikan pengayaan kepada siswa, salah satunya melalui metode tutor sebaya.
“Jika siswa belum memenuhi standar nilai capaian, guru dapat melakukan remedial. Selain itu, guru juga dapat memfasilitasi siswa dengan berbagai kemampuan,” tambah Prawiro.
Dia juga menyatakan bahwa guru dapat melakukan pengajaran responsif, yaitu dengan berpikir cepat, menggunakan bukti dari penilaian formatif, serta menyesuaikan masukan instruksional dan kegiatan praktik.
Capaian pembelajaran adalah kompetensi yang harus dicapai peserta didik pada setiap tahap perkembangan. Capaian pembelajaran digunakan untuk menentukan standar kualifikasi, menjelaskan program dan kursus, mengarahkan kurikulum, serta menentukan spesifikasi penilaian. (dew)