RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 mencatatkan kegagalan bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski dikenal dengan basis pendukung yang loyal, PKS gagal meraih kemenangan di beberapa daerah, termasuk di Pilkada Jawa Barat.
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PKS, Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie, hanya meraih 18,76 persen suara, berada di urutan kedua setelah pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan yang meraih 62,22 persen.
Sementara itu, di Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bekasi, pasangan BN Holik Qodratulloh-Faizal Hafan Farid juga harus puas di posisi kedua. Mereka pun mengalami kekalahan di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, kehilangan tiga kursi DPRD.
Di Pilwalkot Bekasi, pasangan Heri Koswara-Sholihn yang diusung PKS juga finis di posisi kedua, meski perolehan suara mereka sangat tipis dengan pasangan Tri Adhianto-Harris Bobihoe. Di sisi lain, PKS berhasil menjadi pemenang di Pileg 2024 dengan meraih 11 kursi di DPRD Kota Bekasi.
Pengamat Politik Bekasi, Roy Kamarullah, menilai hasil kurang memuaskan yang diraih PKS di Pilkada Serentak 2024, termasuk di Jawa Barat, tidak terlepas dari keputusan politik partai tersebut di tingkat nasional.
“Ya, PKS itu kehilangan arah pada saat bergabung dari partai oposisi, menjadi partai koalisi dengan pemerintah. Ini saya pikir momen yang membawa PKS akhirnya ditinggalkan para pendukungnya yang selama ini kita ketahui loyal dan solid,” ujar Roy Kamarullah, kepada Radar Bekasi, Selasa (10/12).
Setelah PKS mendeklarasikan diri bergabung dengan koalisi pemerintah pada 2024, Roy Kamarullah menilai banyak pendukungnya yang beralih pilihan. Akibatnya, PKS harus menelan kekalahan di sejumlah daerah, termasuk di Pilgub Jabar yang diikuti langsung oleh Presiden PKS, Ahmad Syaikhu.
“Ini menjadi sebuah catatan yang kelam untuk PKS. Bahkan di Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi perolehan suaranya kalah,” ungkapnya.
Namun, Sekretaris DPD PKS Kabupaten Bekasi, Uryan Riana, menyatakan bahwa kegagalan PKS tidak semata-mata akibat keputusan tersebut. Ia menjelaskan, PKS tetap meraih kemenangan di beberapa daerah, seperti Sumatera Barat, meski memang gagal di beberapa daerah di Jabodetabek, termasuk Bekasi dan Depok.
“Artinya tidak semua rata karena kita bergabung ke pemerintah, seluruh yang kita usung itu kalah. Justru PKS ada keuntungannya bergabung dengan pemerintah, artinya kita ingin memberikan kontribusi yang besar terhadap bangsa ini. Kita sepuluh tahun menjadi oposisi, kita menyampaikan dari luar ring dengan konsep-konsep yang memang terukur, tapi jarang juga dipakai,” ucapnya.
“Saat ini ketika kita masuk dan gabung ke pemerintah, kita akan lebih mudah memberikan masukan kepada pemerintah bagaimana caranya membangun bangsa ini, kesejahteraan, dengan konsep-konsep yang kita miliki,” sambungnya.
Uryan juga mengungkapkan, meski kalah di Pilgub Jawa Barat, kemenangan Dedi Mulyadi dianggap wajar mengingat persiapan matang yang dilakukan calon tersebut.
“Ya kalau itu kita yakini untuk Pilgub kita kalah dengan kang Dedi. Saya pikir wajar karena memang Presiden PKS disiapkan untuk mencalonkan di Pilgub itu dalam waktu yang sangat singkat, hanya tiga bulan. Beliau harus mempersiapkan diri melakukan pendaftaran, kampanye, dan lain sebagainya. Sedangkan kang Dedi memang sudah digadang-gadang sejak dulu dan mempersiapkan diri untuk itu,” katanya.
“Ini adalah pembelajaran politik sehingga suatu saat nanti masyarakat akan paham, akan tahu, pemimpin seperti apa yang dibutuhkan,” sambungnya. (pra)