RADARBEKASI.ID, BEKASI – Wacana libur sekolah selama sebulan saat Ramadan 2025 dinilai oleh Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Bekasi Timur tidak akan efektif bagi kegiatan siswa.
Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Bekasi Timur, Nasan, mengungkapkan kebijakan serupa sebelumnya sudah diterapkan namun tidak berjalan efektif.
“Sebelumnya pernah diterapkan, tapi tidak berjalan efektif,” ujarnya kepada Radar Bekasi.
Nasan menjelaskan, jika siswa diliburkan selama satu bulan penuh, sulit untuk mengontrol kegiatan mereka. Meskipun ada dampak positif seperti kesempatan untuk lebih khusyuk beribadah dan memperdalam ilmu agama, ia mengingatkan bahwa tidak semua siswa memiliki kesadaran untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat.
“Diharapkan siswa dapat memperdalam ilmu agama yang bisa mereka tempuh di sekitar tempat tinggal mereka,” tuturnya.
Namun, Nasan mengingatkan dampak negatif yang muncul dari kebijakan ini. Ia menyoroti jika tidak semua siswa memiliki kesadaran dan tanggung jawab penuh untuk mengisi waktu luang mereka di rumah.
“Bukan tidak mungkin diantara anak-anak malah memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Misalnya, waktunya dihabiskan untuk bermain gadget, karena tanpa pengawasan dari orangtua,” bebernya.
BACA JUGA: Paripurna Penetapan Bupati Bekasi Terpilih Digelar Lebih Cepat, KPU Tak Hadir
Lanjut Nasan, jika siswa libur sekolah satu bulan selama bulan Ramadan, tidak bisa dimanfaatkan oleh siswa untuk mengejar materi ujian kenaikan kelas atau kelulusan.
“Selama satu bulan itu siswa dapat mengejar beberapa materi pelajaran, dan sekolah juga bisa mempersiapkan siswa untuk menghadapi ujian kenaikan kelas atau kelulusan,” terangnya.
Hal senada disampaikan Kepala SMP PGRI II Kota Bekasi, Ma’mun Murod. Ia mengatakan, jika siswa libur sekolah satu bulan selama Ramadan tidak terlalu efektif.
“Kalau libur sekolah satu bulan selama bulan Ramadan, menurut saya tidak efektif jika diterapkan saat ini,” ucapnya.
Ma’mun menjelaskan, jika siswa diliburkan selama bulan Ramadan, maka orang tua siswa harus lebih ekstra dalam melakukan pengawasan ketika anak melakukan aktivitas di luar rumah.
“Pengawasannya harus lebih ekstra, sebab siswa saat ini bukan hanya harus diawasi oleh orang tua, tapi juga lingkungan sekitar,” harapnya. (dew)