RADARBEKASI.ID, BEKASI – Peternak di Kabupaten Bekasi menghadapi kesulitan dalam mencari sapi untuk dijual kembali. Kesulitan ini disebabkan oleh penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayah-wilayah penyuplai hewan ternak, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Seorang peternak sapi, Budiyono (53), mengungkapkan rasa khawatirnya terkait wabah PMK yang semakin meluas di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Saat ini, di kandangnya yang bernama Githa Farmer, hanya terdapat 30 sapi yang terdiri dari sapi Bali, Madura, dan Simental atau Limosin.
BACA JUGA: Cegah Penyebaran PMK, Pemkab Bekasi Gencarkan Vaksinasi
“Peternak juga agak takut dengan wabah PMK ini karena dampaknya parah. Intinya bahwa semakin sulit untuk kita memilih dan memilah sapi yang lebih bagus untuk peternakan,” ucap Budiyono kepada Radar Bekasi di kandang miliknya di Cikarang Timur, Selasa (21/1).
Menurut Budiyono, sulitnya mencari sapi yang sehat akan berdampak pada harga daging sapi yang semakin mahal. Sebab, kebutuhan daging sapi di Kabupaten Bekasi tidak sebanding dengan stok sapi yang ada.
Sementara itu, daging sapi impor atau daging box kini semakin banyak dijual di pasaran.
“Memang banyak daging box, tapi ya rasa dan teksturnya beda dengan daging lokal. Mereka yang ekonomi menengah membeli daging fresh. Kalau kondisi seperti ini otomatis harga daging semakin naik,” katanya.
BACA JUGA: Pedagang Bakso di Bekasi Beralih ke Daging Sapi Impor Akibat Wabah PMK
Akibat wabah PMK, Budiyono mengaku telah mengalami kerugian sebesar Rp2 miliar. Sebelum bulan Ramadan, biasanya permintaan sapi akan meningkat, terutama dari kalangan ibu rumah tangga yang memesan sapi dalam jumlah besar, antara 60 hingga 70 ekor
“Bisa sampai 50 persen lebih, karena memang pasar juga sepi sekarang. Kedua pemotong atau jagal-jagal mencampur dengan daging sapi hidup impor dan daging beku impor,” katanya.
“Jadi harganya pun daging sapi impor ini sekarang lebih murah, selisihnya bisa sampai Rp5.000. Dan itu sangat pengaruh harganya. Jadi otomatis lambat laun permintaan pasar juga berubah,” ucapnya.
Meski harga sapi dari daerah penyuplai menurun, peternak di Kabupaten Bekasi masih enggan membeli sapi. Pemahaman tentang penyakit yang sering menyerang ternak juga sangat dibutuhkan oleh para peternak.
BACA JUGA: Omzet Pedagang Hewan Terjun 20 Persen Imbas Wabah PMK di Kabupaten Bekasi
“Harga sapi timbang hidup itu bisa sampai Rp52 ribu sampai Rp53 ribu per kilogramnya., belum susut tambah transport, itu bisa sampai Rp57 ribu per kilogramnya. Harga sapi Jawa Timur dan Jawa Tengah sama,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Dwian Wahyudiharto, mengungkapkan bahwa hingga Selasa (21/1), terdapat 86 ekor sapi yang sembuh dari PMK.
Sebanyak 26 ekor sembuh, 10 ekor dipotong bersyarat, dan 3 ekor mati. Penyebaran virus PMK di Kabupaten Bekasi belakangan ini menjadi perhatian serius karena dapat mengganggu stok daging untuk masyarakat.
“Vaksinasi PMK sudah kami lakukan sejak awal tahun ini, dengan total sekitar 1000 dosis. Sebanyak 500 dosis berasal dari Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI), dan 500 dosis lainnya dari provinsi,” ujar Dwian.
BACA JUGA: DKPPP Kota Bekasi Terima Laporan Dua Ekor Sapi Mati di Tengah Wabah PMK
Selain itu, Dwian juga mengimbau para peternak di Kabupaten Bekasi untuk mewaspadai kondisi cuaca musim penghujan. Kelembaban yang tinggi dan berkurangnya sinar matahari dapat melemahkan daya tahan tubuh ternak, sehingga rentan terhadap serangan berbagai macam virus.
Untuk mencegah penyebaran virus PMK, Dwian menyarankan peternak untuk menjaga kebersihan kandang, melakukan disinfeksi kandang secara rutin, serta mengisolasi ternak yang baru datang, baik dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur.
“Apabila memang sudah terpapar, langkah awal pertama biasanya kita sarankan untuk disemprotkan dengan yang asam-asam pada mulut. Selain itu juga lakukan pengobatan suportif seperti memberi vitamin dan penurun panas,” tandasnya. (ris)