RADARBEKASI.ID, BEKASI-Penyakit mulut dan kuku (PMK) terus menjadi ancaman serius bagi para peternak sapi di Indonesia. Sebagai langkah untuk menekan potensi penyebaran penyakit ini, Kementerian Pertanian (Kementan) mendesak pemerintah daerah (pemda) untuk segera mengalokasikan anggaran khusus untuk program vaksinasi massal PMK di wilayah masing-masing.
“Ada beberapa kasus PMK di daerah. Harus kita antisipasi, baik melalui isolasi maupun pemberian vaksin secara rutin,” ujar Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono yang dikutip dari Jawapos, Rabu (22/1).
“Kita hanya punya dosis 4 juta vaksin, dan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi sapi secara nasional,” sambungnya.
BACA JUGA:Peternak di Kabupaten Bekasi Kesulitan Cari Sapi Akibat Wabah PMK
Sudaryono mengakui bahwa upaya ini memerlukan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan sektor swasta. Sudaryono juga mendorong sektor swasta untuk ikut serta dalam pengadaan vaksin secara mandiri dan melaksanakan vaksinasi di tingkat peternak.
Menurutnya, harga vaksin yang berkisar antara Rp 17 ribu hingga Rp 25 ribu per dosis dinilai cukup terjangkau untuk diakses oleh para peternak kecil. “Kami mengajak semua pihak, termasuk swasta, untuk turut berkontribusi dalam upaya ini,” tambahnya.
Sementara itu, pedagang hewan potong di Kabupaten Bekasi mengalami penurunan omzet akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak mereka. Meski kini hewannya sudah sembuh, Cholis menyebutkan bahwa wabah PMK tetap berdampak pada penurunan omzet. Hal ini disebabkan kekhawatiran pembeli terhadap potensi hewan yang terjangkit PMK.
BACA JUGA:Cegah Penyebaran PMK, Pemkab Bekasi Gencarkan Vaksinasi
“Dampaknya, omzet saya menurun sekitar 20 persen,” ujarnya kepada Radar Bekasi beberapa waktu lalu.
Nasib yang serupa juga dihadapi Budiyono (53), peternak sapi di Kabupaten Bekasi. Mereka mengaku kesulitan mencari sapi untuk dijual kembali. Kesulitan ini disebabkan oleh penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayah-wilayah penyuplai hewan ternak, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Saat ini, di kandangnya yang bernama Githa Farmer, hanya terdapat 30 sapi yang terdiri dari sapi Bali, Madura, dan Simental atau Limosin. “Peternak juga agak takut dengan wabah PMK ini karena dampaknya parah. Intinya bahwa semakin sulit untuk kita memilih dan memilah sapi yang lebih bagus untuk peternakan,” ucap Budiyono kepada Radar Bekasi di kandang miliknya di Cikarang Timur, Selasa (21/1).
BACA JUGA:Pedagang Bakso di Bekasi Beralih ke Daging Sapi Impor Akibat Wabah PMK
Akibat wabah PMK, Budiyono mengaku telah mengalami kerugian sebesar Rp2 miliar. Sebelum bulan Ramadan, biasanya permintaan sapi akan meningkat, terutama dari kalangan ibu rumah tangga yang memesan sapi dalam jumlah besar, antara 60 hingga 70 ekor.
“(Rugi) Bisa sampai 50 persen lebih, karena memang pasar juga sepi sekarang,” katanya. (ce1)