Berita Bekasi Nomor Satu

Remaja Bekasi “Buru” Bendera One Piece

BENDERA: Didi Supriadi penjual bendera musimam saat ditemui di kawasan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Minggu (3/8).

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pedagang musiman bendera mulai bermunculan di berbagai sudut Kota Bekasi menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia. Namun, permintaan nyeleneh dari para pembeli muda yang mencari bendera bergambar logo anime “One Piece” membuat sejumlah pedagang kebingungan.

Didi Supriadi (30), warga Cirebon yang setiap tahun menjajakan bendera dan pernak-pernik kemerdekaan di kawasan Danau Duta Harapan, Bekasi Utara, mengaku beberapa kali ditanya soal ketersediaan bendera bergambar One Piece, karakter bajak laut dari serial anime Jepang.

“Mungkin sudah ada tujuh orang ya yang nanyain apakah saya jual bendera One Piece. Katanya ‘Jual bendera One Piece enggak, Bang? Filosofinya gimana gitu kata saya’ masa bendera Merah Putih berjejer sama bendera One Piece,” ujar Didi, Minggu (3/8).

BACA JUGA: Viral, Bendera Bajak Laut ‘One Piece’ Viral Berkibar Jelang HUT RI ke 80, Begini Maknanya

Ia mengaku heran, sebab permintaan semacam itu tidak ada kaitannya dengan peringatan kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, simbol bajak laut dalam anime seharusnya tidak disandingkan dengan lambang negara.

“Iya, tau-tau kok pada nanyain bendera One Piece. Saya pikir, kan enggak ada hubungannya dengan hari kemerdekaan,” katanya.

Didi menyebut, mayoritas pembeli yang menanyakan soal bendera One Piece berasal dari kalangan anak muda. Ia menilai fenomena tersebut lebih karena tren, bukan karena semangat nasionalisme.

“Kebanyakan itu anak-anak muda. Dari kalangan milenial sama Gen Z mungkin ya. Giliran saya tanya kenapa mereka beli bendera One Piece, katanya cuma suka aja, Bang,” ucapnya.

BACA JUGA: Pengamat Sebut Kemunculan Bendera One Piece Bentuk Kritik untuk Pemerintah

Meski heran, Didi tetap berharap semangat bulan Agustus tidak bergeser dari makna kemerdekaan. Bagi pedagang seperti dirinya, Agustus menjadi bulan yang penuh harapan karena bisa mencari nafkah tambahan dari hasil dagangan.

“Mungkin kalau bulan Agustus ini kan maksudnya membuka peluang rezeki baru. Saya berharap pedagang kecil seperti saya tetap bisa berpenghasilan. Ibaratnya kami bisa dirangkul-lah sama ketua-ketua RT,” tuturnya.

Sayangnya, pendapatannya dalam dua tahun terakhir cenderung menurun. Ia mengatakan, omzet dagangan kini hanya sekitar setengah dari pencapaian tahun-tahun sebelumnya.

“Dua tahun ke belakang omzet makin sepi aja. Padahal warga Indonesia itu harus punya rasa bangga. Bangga nih bisa beli bendera, bisa ingat pahlawan. Masa untuk beli bendera aja susah,” keluhnya.

Didi mengaku pernah meraup omzet terbesar pada tahun 2022. Namun kini, penjualannya turun drastis.

“Tahun 2022 itu omzet paling besar saya. Waktu itu, orang-orang masih banyak yang beli langsung. Tapi sekarang, dapat 50 persennya aja udah syukur. Ibarat kerja pabrik sebulan, gitu,” ucapnya lirih.

Berbagai jenis bendera ia jual, mulai dari ukuran kecil hingga besar, umbul-umbul, dan tiang bambu. Harga bendera ukuran 90–120 cm dibanderol mulai Rp30.000, sedangkan ukuran terbesar bisa mencapai Rp100.000.

“Kadang ada juga yang rewel banget nawarnya. Tapi ya sudah biasa, saya juga ngerti kondisi orang beda-beda. Tapi kalau pembeli yang baik, satu kali nawar udah jadi,” pungkasnya. (rez)