Berita Bekasi Nomor Satu

Pembangunan SPPG Teluk Pucung Diprotes

PEMBANGUNAN: Sejumlah pekerja tampak sedang melakukan pembangunan SPPG yang berada di dekat lingkungan SD Sagalife Teluk Pucung, Bekasi Utara. FOTO: ISTIMEWA

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Rencana pembangunan dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) atau Sentra Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di dekat lingkungan SD Sagalife Teluk Pucung, Bekasi Utara, menuai keluhan.

Humas SD Sagalife, Dandi, mengatakan keluhan muncul karena pembangunan dilakukan tanpa koordinasi dengan pihak sekolah maupun perangkat lingkungan sekitar.

Lokasi dapur yang berdekatan dengan sekolah juga dikhawatirkan berdampak pada kenyamanan dan lingkungan sekitar.

“Yang paling banyak mengeluh justru wali murid, karena anak-anak mereka sekolah di sini dan tahu kondisi lingkungannya,” ujar Dandi, Selasa (4/11).

Menurutnya, kawasan tersebut rawan banjir dan memiliki sistem saluran air yang belum jelas pembuangannya. Ia khawatir, keberadaan dapur yang beroperasi setiap hari justru memperparah kondisi lingkungan.

“Lingkungan di sini rawan banjir, dan kami belum tahu saluran air dari dapur itu ke mana pembuangannya. Kami sudah beberapa kali ajukan perbaikan drainase,” ungkapnya.

Dandi menambahkan, pihak sekolah juga belum pernah melihat pengelola dapur berkoordinasi dengan perangkat RT maupun RW setempat.

“Saya sudah coba kroscek ke RT dan RW, tapi mereka bilang belum ada pemberitahuan dari pihak dapur MBG. Bahkan RT RW juga tidak tahu kalau di situ akan dibangun dapur,” ucapnya.

Selain persoalan saluran air, pihak sekolah juga menyoroti ventilasi udara dapur yang mengarah langsung ke bangunan sekolah.

“Ventilasi udaranya itu menghadap ke sekolah. Kami khawatir nanti aroma dari dapur mengganggu kegiatan belajar. Kalau soal bau sih masih perkiraan, tapi yang jelas pembuangan airnya harus diperhatikan,” kata Dandi.

Bangunan yang kini tengah direnovasi itu sebelumnya merupakan gedung sekolah lama yang sudah tak terpakai selama dua hingga tiga tahun terakhir. Papan informasi proyek juga belum terlihat di sekitar area pembangunan.

Sementara itu, Anggota DPRD Kota Bekasi, Samuel Sitompul, menegaskan pentingnya pengawasan dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis agar berjalan sesuai standar, terutama terkait pengelolaan limbah, perizinan, dan pemerataan distribusi makanan.

“Kami juga memantau pengelolaan limbah. Ada dapur yang sudah bisa mengolah minyak bekas jadi bahan bakar ulang, atau limbah makanan jadi pakan ternak. Tapi memang masih ada yang perlu dibenahi,” ujarnya.

Menurut Samuel, pemerintah pusat telah mewajibkan setiap dapur MBG memiliki izin lingkungan dan hasil uji sanitasi sebelum beroperasi agar tidak mencemari permukiman warga.

Ia juga menyampaikan bahwa pada 2026 mendatang, program MBG ditargetkan merata di seluruh sekolah di Kota Bekasi.
Samuel memastikan pemerintah telah mewajibkan setiap dapur memiliki izin lingkungan dan hasil uji sanitasi untuk mencegah pencemaran terhadap warga sekitar.

“Yang penting, pemerintah sudah mewajibkan dapur memiliki izin lingkungan dan hasil uji sanitasi agar limbahnya tidak mencemari warga sekitar,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa program MBG akan terus disempurnakan agar pelaksanaannya merata di seluruh wilayah Kota Bekasi.

“Saya yakin pada 2026 nanti pelaksanaan program ini akan lebih merata. Pemerintah pusat saat ini sedang menggalakkan percepatan pembangunan dapur MBG,” jelas Samuel.

Menurutnya, salah satu upaya pemerataan dilakukan dengan menyesuaikan kapasitas produksi di tiap dapur.

“Dulu kapasitas makannya bisa mencapai empat ribu porsi, sekarang dibatasi maksimal tiga ribu. Tujuannya agar pemerataan bisa berjalan lebih baik dan risiko kesalahan bisa diminimalisir,” ujarnya.

Sebagai wakil rakyat, Samuel menegaskan perannya dalam memastikan proses pengawasan berjalan ketat.

“Tugas saya di DPRD adalah melakukan pengawasan, mulai dari koordinasi dengan kecamatan, pemantauan, hingga memastikan data penerima manfaat terverifikasi dengan baik, termasuk dari sisi kesehatan,” kata Samuel.

Ia pun mengimbau masyarakat agar tidak khawatir terhadap kualitas gizi yang disediakan dalam program tersebut.

“Bapak dan Ibu tidak perlu khawatir. Kami akan terus melakukan pengawasan agar gizi yang diterima anak-anak benar-benar layak dan bermanfaat bagi pertumbuhan mereka,” pungkasnya. (rez)