Berita Bekasi Nomor Satu

Setelah Lima Tahun Mengajukan, Warga Jatisampurna Akhirnya Terima Bantuan Rutilahu

BANTUAN RUTILAHU: Jubaedah (43), seorang ibu tunggal dengan tiga anak saat ditemui di rumahnya yang baru selesai di bangun usai mendapatkan bantuan rutilahu di RT 02 RW 03 Kelurahan Jatisampurna, Kota Bekasi, Kamis (20/11). FOTO: RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sebuah gang sempit di RT 02 RW 03 Kelurahan Jatisampurna, Kota Bekasi, berdiri rumah sederhana yang nyaris tak layak huni. Di situlah Jubaedah, 43 tahun, seorang ibu tunggal dengan tiga anak, berjuang menafkahi keluarganya seorang diri.

Rumah yang dulu lapuk perlahan diperbaiki melalui bantuan Rutilahu, setelah lima tahun menunggu sejak pengajuan pertama pada 2019.

Meski perbaikan dilakukan, pembangunan MCK tidak termasuk karena keterbatasan anggaran, namun dinding rumah yang kini kokoh sudah cukup membuat Jubaedah merasa lega.

Kehidupan sehari-hari bagi Jubaedah tidak pernah mudah. Ia bekerja serabutan, mencuci dan menyetrika pakaian, serta membantu berjualan nasi uduk di Pasar Kranggan untuk menambah penghasilan yang hanya sekitar Rp60 ribu per hari.

Setiap rupiah dibagi demi kebutuhan keluarga, mulai dari makan, biaya sekolah anak, hingga kebutuhan sehari-hari.

Anak-anaknya terdiri dari yang tertua berusia 23 tahun, anak kedua 15 tahun yang bersekolah di SMPN 28, dan anak ketiga 11 tahun yang masih duduk di SDN 1 Jatisampurna.

Dua anaknya tidak pernah menerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) meski sudah mengajukan sejak kelas satu. Pihak sekolah selalu memiliki alasan sehingga mereka tidak terpilih sebagai penerima.

“Yang paling dibutuhkan saat ini itu bantuan dua anak yang masih sekolah, karena sampai sekarang belum dapat bantuan KIP,” keluhnya, Kamis (20/11).

Namun Jubaedah tetap gigih menyekolahkan anak-anaknya, menanamkan nilai kerja keras dan ketahanan hidup.

Setelah bertahun-tahun menunggu, bantuan pemerintah mulai mengalir pada 2024. Rutilahu senilai Rp20 juta akhirnya terealisasi, disusul bantuan BLT yang diterima empat kali dengan total Rp2,4 juta, dan bantuan beras yang sudah diterima empat kali.

Ia juga dijadwalkan menerima bantuan beras dan minyak pada 19 November 2025. Selama ini, bantuan disalurkan melalui Kantor Pos Bekasi Timur dan dibantu oleh RW setempat, semuanya diterima tanpa potongan.

Meski demikian, proses birokrasi tetap menjadi tantangan. Jubaedah belum memiliki rekening ATM BNI karena undangan RT datang terlambat dan kantor cabang setempat tidak bisa memfasilitasi pembuatan rekening.

Ia harus ke kantor pusat BNI di Bekasi Timur, namun sebagai ibu tunggal dengan tiga anak, perjalanan itu sulit dilakukan sendirian.

Pengalaman Jubaedah selama pandemi juga tidak mudah. Tahun 2020, ia sempat menerima bantuan sembako rutin selama setahun, namun dari 2021 hingga 2023, tidak ada bantuan yang diterima, baik PKH maupun program lainnya.

“Baru di 2024 dan 2025 ini saya dapat lagi bantuan. Alhamdulillah sangat membantu,” ujarnya.

Dari pengalamannya, Jubaedah berharap pemerintah terus memperhatikan masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Ia ingin bantuan tetap tepat sasaran dan mampu meringankan hidup keluarga kecil yang sehari-hari bergantung pada kemandirian dan kerja kerasnya.

“Semoga bantuan seperti ini banyak membantu warga lain yang membutuhkan,” katanya.

Kisah Jubaedah menjadi cermin nyata perjuangan ibu tunggal di pinggiran kota. Meski hidup penuh keterbatasan, bantuan pemerintah yang datang tepat waktu mampu memberikan napas baru bagi keluarga kecilnya.

Di balik rumah sederhana dan rutinitas serabutan, tersimpan semangat emansipasi dan kemandirian yang tak lekang oleh waktu. (rez)