RADARBEKASI.ID, TAPANULI – Kesaksian di tengah bencana Sumatera, mulai dari penjarahan hingga kekuatan warga dalam tolong menolong.
Kris Saputri, seorang warga Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara menceritakan kesaksiannya pasca terjadi bencana alam di wilayah Sumatera Utara.
Dalam satu hari, Kris menyaksikan adanya aksi penjarahan hingga aksi kemanusiaan yang tak ternilai harganya.
Pasca terjadi bencana alam, Kris bersama delapan temannya telah bertahan selama tiga hari di area asrama sekolah, di wilayah Kecamatan Pandan, Tapanuli Tengah.
Kris berada di area sekolah lantaran sedang memberikan materi workshop tentang pengelolaan sosial media.
Setelah bertahan tiga hari lamanya, Kris dan delapan temannya pun memutuskan untuk keluar dari area sekolah untuk mencari daerah yang aman, serta mencari akses internet untuk mencari informasi keluarganya yang berada di Tapanuli Selatan.
Mereka memaksakan keluar dari area sekolah dengan cara berjalan kaki.
“Kita jalan kaki, dan kita nyaksiin penjarahan itu emang bener adanya. Karena mungkin bener, orang bisa gak mati karena bencana, tapi orang bisa mati karena kelaparan,” ungkap Kris, Jum’at, 12 Desember 2025.
Tak ingin berlama-lama di area penjarahan, Kris dan delapan temannya pun meneruskan perjalanan, dari Tapanuli Tengah menuju Tapanuli Selatan.
Di dalam perjalanannya, Kris menyaksikan banyak jeritan tangis, banyak teriak orang tua yang mencari anaknya, banyak duka lantaran sanak-saudara masih belum ditemukan keberadaannya.
Di tengah perjalanannya, ada sopir truk baik hati yang memberikan tumpangan hingga perbatasan Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan.
Tiba di perbatasan, lagi-lagi Kris terkejut dengan dampak yang terjadi akibat bencana alam tersebut, jembatan penghubung antara Tapanuli Selatan dan Tengah terputus, batang-batang pohon penuh menyesaki aliran sungai.
Kris dan delapan rekannya hampir menyerah, hingga akhirnya terbesit sebuah harapan, yakni dengan jalan memutar.
Setelah menemukan jalan memutar, ternyata jalur yang bakal dilalui itu masih perlu mempertaruhkan nyawa.
Bagaimana tidak? Di sisi kiri ada sungai dengan aliran deras, sedangkan di tepi kanan lumpur hisap telah siap menanti orang yang salah injak. Jalan satu-satunya adalah mengikuti jejak kaki yang pernah dilalui.
Di tengah kepasrahan itu, Kris dan teman-temannya mendapat pertolongan tak terduga, yakni gotongroyong dari warga Sumatera.
Mereka yang telah kehilangan keluarga, mereka yang telah kehilangan keluarga, membantu Kris bersama teman-temannya, bahkan banyak orang lain untuk menyebrang.
Mereka ada untuk menuntun orang-orang yang ingin menyebrang agar tidak salah pijak.
“Setelah sampai ke titik penyebrangan, mereka menolak untuk diberi tanda terimakasih,” ucap Kris.
“Mereka bilang, mereka ikhlas membantu siapapun yang ingin menyebrang,” lanjutnya.
Hingga akhrinya Kris berhasil menyebrangi Sungai Garoga, ia pun baru bisa terhubung dengan keluarganya, ia bersyukur tak ada satu pun keluarganya yang menjadi korban bencana alam.
“Sampet takut, sempet khawatir sama kondisi keluarga, tapi pas udah dapet kabar, alhamdulillah bersyukur banget semuanya selamat,” pungkasnya.
Untuk meringankan beban korban banjir bandang dan longsor di wilayah Sumatera, Gerakan Anak Negeri membuka donasi. Dana dapat disalurkan melalui Bank Mandiri dengan nomor rekening 133-00-32756611 atas nama Yayasan Negeri Satu Bangsa atau melalui Kitabisa. (*)











