RADARBEKASI.ID, BEKASI – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui payung Bakti BCA menggelar kampanye “Ayo Cegah Stunting” (ACS) di Nagari Guguak, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, pada Rabu (17/12). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Bakti BCA untuk memperkuat pencegahan stunting berbasis masyarakat. Kampanye ini juga menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen bersama dalam mendorong perubahan perilaku gizi dan kesehatan yang berkelanjutan di tingkat keluarga dan komunitas.
Program ACS mulai dijalankan sejak tahun 2024 melalui tahapan pemetaan kondisi dan potensi wilayah, sebagai dasar perancangan intervensi berbasis masyarakat. Kemudian, program ini difokuskan pada penguatan fondasi melalui peningkatan kapasitas masyarakat, keterlibatan local champion, serta berbagai kegiatan edukasi yang mendorong perubahan perilaku gizi dan kesehatan di tingkat keluarga dan komunitas.
Pada tahun 2025, Program ACS dilanjutkan dengan penguatan yang lebih komprehensif, termasuk peningkatan kapasitas kader, pemanfaatan sistem digital untuk mendukung pemantauan program, serta penguatan peran remaja sebagai agen penyebaran pesan positif terkait gizi dan kesehatan. Selain di Nagari Guguak, kampanye ACS juga dilaksanakan di Desa Taman Indah, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, “Pencegahan stunting merupakan proses jangka panjang yang membutuhkan perubahan perilaku gizi dan kesehatan di tingkat keluarga dan komunitas. Melalui program ACS, Bakti BCA berfokus pada penguatan kapasitas serta kemandirian masyarakat, mulai dari masa kehamilan hingga anak memasuki usia remaja. Harapannya upaya ini mampu membangkitkan kesadaran dan menciptakan perubahan perilaku masyarakat tentang pencegahan stunting secara holistik.”
Dalam rangkaian kegiatan kampanye di Nagari Guguak, Bakti BCA meluncurkan dashboard monitoring program Ayo Cegah Stunting. Dashboard ini dikembangkan sebagai sistem digital yang memungkinkan kader posyandu dan tenaga kesehatan mencatat, memantau, serta menganalisis pertumbuhan anak secara lebih cepat dan akurat. Dengan fitur visualisasi data yang sederhana, dashboard membantu mendeteksi risiko stunting sejak dini, sekaligus memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi gizi di tingkat desa. Kehadiran dashboard ini diharapkan menjadi terobosan yang memperkuat kolaborasi antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah daerah, sehingga intervensi dapat dilakukan lebih tepat sasaran.
Selain penguatan sistem monitoring, Bakti BCA juga menyalurkan dua unit alat fetal monitor, masing-masing kepada Puskesmas Kayu Tanam di Nagari Guguak, Padang Pariaman, Sumatra Barat dan Puskesmas Pringgarata di Desa Taman Indah, Lombok Tengah, NTB. Penyaluran alat ini merupakan bentuk dukungan Bakti BCA dalam memperkuat pemantauan kesehatan ibu hamil di kedua wilayah intervensi. Kehadiran alat fetal monitor diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan kondisi janin secara lebih optimal, meningkatkan kualitas pemantauan kehamilan, serta mendukung proses deteksi dini terhadap potensi risiko selama masa kehamilan.
Kampanye ini juga diisi dengan ajakan minum tablet tambah darah, serta pemberian apresiasi dan sertifikat kepada para pihak yang terlibat aktif dalam program, mulai dari local champion, kader posyandu, hingga peserta Sekolah Lapangan Isi Piringku dalam Pekaranganku dan Sekolah Lapangan Remaja. Para peserta Sekolah Lapangan Remaja juga turut dikukuhkan sebagai Duta Stunting Remaja, sebagai bentuk penguatan peran generasi muda dalam menyebarkan pesan positif terkait gizi, kesehatan, pencegahan stunting dan pola hidup sehat di lingkungan sekitarnya.
Sebagai bagian dari kegiatan, peserta program juga menampilkan berbagai praktik baik hasil implementasi di lapangan. Showcase ini mencakup hasil demplot pangan dari pemanfaatan lahan pekarangan seperti terong, buah pepaya, tomat, cabai, seledri, serta sajian menu sehat sesuai standar gizi seimbang yang diperuntukkan bagi balita, ibu hamil, dan remaja. Melalui kegiatan ini, masyarakat berbagi pengalaman dan pembelajaran mengenai upaya pencegahan stunting yang kontekstual dan sesuai dengan potensi lokal.
“Program ACS berfokus pada penguatan kapasitas serta kemandirian masyarakat. Dengan demikian, ACS merupakan pelengkap intervensi pemerintah dalam memastikan perubahan perilaku gizi dan kesehatan dapat berjalan secara berkelanjutan di tingkat keluarga dan komunitas,” jelas Hera F. Haryn.
Hingga 10 November 2025, sebanyak 1.050 keluarga dan 97 ibu hamil telah mendapatkan pendampingan gizi melalui program ACS. Di samping itu, 1.221 remaja juga sudah teredukasi tentang pencegahan stunting, 44 kader ACS mendapat penguatan kapasitas, 2 posyandu menjadi percontohan, 1 aplikasi pemantauan diluncurkan, dan 23.815 bibit tanaman telah dibagikan untuk memperkuat ketahanan pangan dan gizi keluarga. (bps/*)











