Radarbekasi.id – Bunga Citra Lestari (BCL) berduka. Sang suami Ashraf Sinclair wafat. Terkena serangan jantung. Selasa 18 Februari menjelang Subuh. BCL sendiri masih aktif menjadi juri Indonesia Idol. Beberapa jam sebelum ajal menjemput sang suami.
Kematian memang selalu mendadak. Tidak ada yang dapat memastikannya. Tidak seorang pun mampu mempercepat. Atau pun mengakhirkan datangnya ajal.
Begitu pula yang dialami pesinetron asal Malaysia ini. Dia dikenal tampak segar bugar. Hobi berolahraga. Menjalani pola hidup sehat. Usia terbilang muda. Masih 40 tahun. Jauh dari berita-berita negatif.
BCL pasti sangat terpukul. Usianya lebih muda lagi dibanding Ashraf. Anak baru satu. Karier melejit. Sedang mapan-mapannya. Tapi, itu tadi, keburu ditinggal wafat suami.
Sedih. Kecewa. Pasti ada. Manusiawi. Tapi tak perlu berlarut-larut. Cinta sejati tak harus terhenti. Kematian bukan akhir. Tapi awal perjumpaan dengan Sang Pemilik Cinta.
Mari membaca kidung kematian para sufi. Narasi kematian bukanlah bermatra kesedihan, kehilangan dan air mata.
Kematian adalah jalan menuju cinta abadi. Kematian justru jembatan penghantar hubb (cinta) dan Isq (kerinduan) kepada sang kekasih.
Mari simak kidung kematian Maulana Jalaluddin Rumi:
Ketika aku mati
Ketika peti matiku dibawa
Jangan pernah kamu berpikir
Bahwa aku rindu dunia ini
Jangan mengucurkan air mata
Jangan meratap atau merasa sedih
Aku tidak jatuh pada jurang yang menakutkan
Ketika kau melihat jasadku dibawa
Jangan menangis untuk kepergianku
Aku tidak pergi
Aku datang pada cinta yang abadi
Ketika kau meninggalkan kuburanku
Jangan ucapkan selamat tinggal
Ingatlah, kuburan hanya tirai
Tirai surga yang akan datang
Kau hanya melihatku masuk dalam kuburan
Sekarang lihatlah aku yang bangkit
Bagaimana di sana sebagai akhir
Ketika matahari tenggelam dan rembulan tidur
Ini terlihat seperti akhir, seperti senja
Tapi dalam realitanya, inilah fajar
Ketika kuburan menguncimu
Itulah waktu saat jiwamu terbebaskan!