Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Manajemen Stres Jadi Obat Mujarab

VIDEO CALL: Kepala KKP Kelas 1 Surabaya dokter M. Budi Hidayat bercerita tentang penyembuhannnya setelah dinyatakan positif Covid-19.
VIDEO CALL: Kepala KKP Kelas 1 Surabaya dokter M. Budi Hidayat bercerita tentang penyembuhannnya setelah dinyatakan positif Covid-19.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Menjalani perawatan di ruang isolasi selama 12 hari, dr M. Budi Hidayat akhirnya dinyatakan negatif Covid-19. Tidak ada obat khusus yang diminum. Hanya penurun demam, antimalaria, serta suplemen. Kekuatan dari dalam diri menurutnya menjadi faktor utama kesembuhan.

COVID-19 menyerang tanpa pandang bulu. Salah satu yang paling rentan adalah para tenaga kesehatan (nakes). Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas 1 Surabaya dr M. Budi Hidayat mengalaminya. Budi ingat betul timeline dirinya terpapar penyakit yang belum ada obatnya itu.

”Saya mulai merasa pada Jumat, 13 Maret,” katanya dalam wawancara melalui video call kemarin (27/3). Dia merasakan demam. Tubuhnya mendadak lunglai. Tenaganya menghilang begitu saja. Padahal, sehari sebelumnya dia masih merasa sehat dan energik.

Tenggorokannya juga terasa sakit. Dibuat menelan sedikit saja, terasa ada yang mengganjal. Tidak nyaman. Dia sudah curiga kena virus SARS-CoV-2, tapi belum yakin. Sebab, gejala itu tidak disertai dengan batuk atau flu. Gejala yang diidentikkan dengan virus korona.

Meski belum yakin, dia tidak bertindak abai. Dia langsung mengonsumsi vitamin dan antibiotik. ”Sayangnya, tidak ada perubahan. Hasilnya masih sama.”katanya.

Meski belum mengalami semua gejala yang biasa ditunjukkan pasien positif Covid-19, Budi semakin khawatir. Pekerjaan yang dilakoni memang membuat dia berisiko tinggi terserang. Dia biasa berkeliling dari pintu bandara hingga pelabuhan. Budi memantau langsung kondisi di lapangan seiring dengan semakin meluasnya pandemi korona. Termasuk, berinteraksi dengan para penumpang dari berbagai penerbangan luar negeri. ”Sepanjang itu tidak ada penumpang yang menunjukkan kondisi sakit,” paparnya.

Karena tak kunjung sembuh, Budi memeriksakan diri ke RS Universitas Airlangga Surabaya pada Minggu (15/3). Hasil observasi itu, dia dinyatakan positif Covid-19. Tindakan isolasi segera dilakukan. Budi dirawat sambil menunggu hasil observasi lanjutan dari tes swab.

Meski dinyatakan positif, Budi menyebut foto rontgen paru-parunya bersih. Tidak ada flek. ”Bisa jadi saya terjangkit saat bertugas. Mungkin kondisi saya saat itu tidak fit. Sehingga imun tubuh turun,” ujar pria 49 tahun itu.

Sejak awal Budi tahu betapa cepat penularan Covid-19. Karena itu, dia menjalani pemeriksaan di RS sendiri. Hanya diantar sopir. Keluarga di rumah cemas menunggu kabar darinya.

Saat hasil swab keluar dan dia kembali dinyatakan positif, keluarga langsung diminta untuk menjalani tes. Begitu pula dengan para staf yang pernah berinteraksi dengannya. ”Bersyukur saya, semua hasilnya negatif. Tidak ada yang terjangkit,” ujarnya.

Selama diisolasi di RSUA, tak banyak yang Budi lakukan di kamar. Hanya ada TV yang menurut dia bisa menjadi penghibur di kala bosan. ”Ada dispensernya juga sih, buat bikin minuman,” paparnya.

Tak ada keluarga yang boleh menjenguk. Hari-hari Budi diisi dengan lebih banyak ibadah. Dia juga rajin berkomunikasi lewat telepon atau video call dengan keluarga sebagai penawar rindu.

Soal makan, menu lengkap bergizi tersedia untuknya. Tiga kali sehari. Namun, makan makanan rumah sakit tiap hari kadang sedikit membuat bosan. Kalau sudah begitu, Budi jadi kangen dengan nasi padang. ”Pasti kangen dengan makanan luar. Biasanya, keluarga juga ngirimi, ya nasi padang dan nasi bungkus,” paparnya.

Dokter memang tidak memberikan pantangan makan apa pun untuknya. Apa yang dia suka boleh dikonsumsi. ”Enak gitu, pedes-pedes. Menjaga daya tahan tubuh kan harus enjoy dan kenyang,” katanya.

Selama menjalani isolasi, tak ada obat khusus yang diberikan kepadanya. Dia hanya diberi obat penurun demam dan obat antimalaria chloroquine fosfat dua kali sehari. Selebihnya dia minum vitamin dan suplemen penambah daya tahan tubuh. ”Paling penting ya jangan stres. Selebihnya, pasrah sama Tuhan,” ungkap pria kelahiran Jakarta itu.

Menurut dia, salah satu komponen terpenting pada masa-masa sulit itu adalah manajemen stres. Hal itulah yang sangat menentukan apakah tubuh kita kuat atau tidak. Apalagi, tubuh mampu membentuk imun sendiri untuk melawan virus.

Selama perawatab, Budi terus dipantau dengan pemeriksaan swab. Setelah tiga kali pemeriksaan terakhir, dia berturut-turut dinyatakan negatif, maka pada Kamis lalu (26/3) dia diizinkan pulang.

Bagi pasien Covid-19, papar Budi, peran tenaga medis juga menjadi kunci untuk bisa sembuh. Tenaga medis layaknya keluarga kedua. Mereka yang memberikan semangat. ”Dokter dan perawatnya baik-baik banget,” ucap dia.

Budi mengingatkan agar masyarakat tidak meremehkan kondisi persebaran Covid-19 saat ini. Kurangi aktivitas di luar rumah, kurangi risiko kontak dengan orang banyak. Dengan begitu, risiko penularan bisa dikurangi.

Kini dia sudah berada di rumah, berkumpul lagi dengan keluarga. Pemantauan masih terus dilakukan hingga dua minggu ke depan. Budi mematuhi masa itu dengan tetap berada di rumah.(*/c11/ayi)